Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga tembaga stabil pada hari Selasa karena prospek permintaan yang lebih kuat dari konsumen utama China. Prospek permintaan yang kuat memicu short-covering menjelang pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang dapat menunjukkan waktu penurunan suku bunga dan arah dolar.
Selasa (9/7) pukul 17.21 WIB, harga tembaga kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,1% menjadi US$ 9.927 per metrik ton.
Harga emas telah naik 5% sejak 27 Juni, sebagian disebabkan oleh melemahnya mata uang Amerika Serikat (AS). Pelemahan dolar AS membuat logam yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Optimisme atas permintaan di Tiongkok dipicu oleh sidang pleno ketiga Partai Komunis yang telah lama tertunda pada tanggal 15-18 Juli, yang diperkirakan akan fokus pada kebijakan ekonomi dan reformasi.
“Sebagian besar pembeli tembaga yang kita temui minggu lalu sedang menunggu stimulus terkait China untuk mendorong perdagangan tembaga,” kata analis Panmure Gordon, Tom Price kepada Reuters.
Baca Juga: Penerimaan PPh Badan Diperkirakan Bakal Berat hingga Akhir Tahun, Ini Alasannya
“Jika Tiongkok benar-benar memberikan stimulus dalam beberapa bulan mendatang, kemungkinan besar Tiongkok akan sepenuhnya fokus pada properti dan berskala kecil, hanya dimaksudkan untuk mendukung sektor ini, setidaknya sampai semua proyek yang ada diserahkan kepada konsumen yang membayar,” imbuh Price
Data pinjaman yuan dan total pembiayaan sosial Tiongkok, yang secara luas diawasi oleh para analis logam, dapat memberikan petunjuk mengenai permintaan logam industri di masa depan.
Namun, hal yang mengaburkan prospek tersebut adalah persediaan tembaga di gudang yang disetujui LME. Persediaan tembaga telah meningkat melebihi 191.000 ton ke level tertinggi sejak Oktober 2022 dan hampir dua kali lipat dari level pada pertengahan Mei.
Sebagian besar pengiriman tersebut ditujukan ke gudang-gudang di Asia dan berasal dari China.
Pada logam lainnya, harga aluminium turun 0,2% menjadi US$ 2.526 per ton, harga seng turun 0,5% menjadi US$ 2.940, harga timbal turun 0,9% menjadi US$ 2.211, timah naik 0,2% pada US$ 34.275, dan harga nikel turun 1,1% menjadi US$ 17.280.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News