Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pada perdagangan kemarin, Senin (19/6), investor asing borong Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder. Hal tersebut mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN). Secara keseluruhan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1-6 basis points (bps).
Hanya imbal hasil SUN dengan tenor pendek 2-3 tahun yang mengalami kenaikan antara 1 sampai 2 bps. Angka tersebut diikuti penurunan harga berkisar 3 bps.
Lalu, imbal hasil SUN denan tenor 5 tahun turun terbatas sebesar 2 bps jadi di level 6,61% diiringi dengan kenaikan harga hingga sebesar 7 bps.
Selanjutnya, imbal hasil SUN tenor 10 tahun pun mengikuti tren penurunan sebesar 4 bps bertengger di 6,75% dengan memimpin kenaikan harga sebesar 30 bps.
Lalu, imbal hasil tenor 15 tahun turun terbatas sebesar 2 bps jadi di angka 7,31% dengan kenaikan harga mencapai 19 bps.
Sementara, imbal hasil tenor 20 tahun turun 2 bps di level 7,5% dengan kenaikan harga 23 bps.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, cukup besarnya penurunan imbal hasil SUN disebabkan menguatnya otot rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS).
“Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dorong penurunan imbal hasil SUN di perdagangan kemarin,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (20/6).
Volume perdagangan SUN pun ikut menurun pada penutup hari Selasa(19/6) kemarin. Meskipun penurunannya tidak signifikan, volume perdagangan kemarin tercatat sebesar Rp 8,58 triliun.
Made menjabarkan, volume yang tercatat berasal dari 34 seri SUN yang diperdagangkan. Dari jumlah tersebut, Rp 3,42 triliun merupakan perdagangan seri acuan.
Ia menyebutkan, obligasi seri SPN12180201 membekukan volume perdagangan sebesar Rp 1,4 triliun dari 1 kali transaksi. Harga rata-rata seri tersebut adalah 96,57%. Lalu, obligasi seri FR0074 sebesar Rp 1,11 triliun dari 85 kali transaksi di harga rata-rata 106,83%.
“Sejalan, volume perdagangan obligasi korporasi pun mengalami penurunan, dengan total Rp 737,4 miliar dari 57 seri,” paparnya.
Berdasarkan pengamatannya, obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) merupakan volume yang terbesar dengan jumlah Rp 115,4 miliar dari 2 kali transaksi. Harga rata-rata obligasi ini yaitu 100%.
Diikuti dengan Obligasi II BII Finance Tahun 2013 Seri B (BIIF02B) senilai Rp 96 miliar dari 4 kali transaksi dengan harga rata-rata 100,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News