Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PANGKALANBUN. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) memiliki strategi untuk menghadapi Badai El Nino yang mengganggu produksi kelapa sawit.
El Nino membawa cuaca kering sehingga menekan produksi kelapa sawit. Dampak El Nino dapat terasa hingga dua tahun. "Dari masa penanaman hingga panen butuh waktu sekitar dua tahun," papar Direktur SSMS, Rimbun Situmorang saat mengunjungi perkebunan kelapa sawit perseroan, Rabu (11/5).
Indonesia mulai dilanda El Nino sejak tahun 2015. Artinya, dampak badai tersebut akan berlanjut hingga 2017.
Dengan tekanan pada produksi kelapa sawit, maka akan mempengaruhi kinerja SSMS. Untuk itu perseroan menerapkan strategi efisiensi yakni dengan maintenance cost. Adapun biaya yang berusaha dijaga adalah biaya operasional.
"Mungkin biaya akan naik karena inflasi. Untungnya semua masih under control," lanjut Rimbun.
Tahun lalu, El Nino menyebabkan produksi kelapa sawit SSMS turun hingga 16%. Tahun ini produksi diperkirakan turun kembali sebesar 15% - 20%.
Untungnya, di saat angka produksi turun, Badai El Nino juga membuat harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) naik. "Itulah yang sedikit mengobati luka hati kami," ungkap Rimbun.
SSMS saat ini memiliki lahan seluas 100.000 hektare (ha) lahan dengan area tertanam seluas 69.000 ha. Sementara untuk total produksi kelapa sawit sulit dihitung karena berbeda setiap tahunnya, tergantung dari usia tanaman. Jika tanaman semakin mature maka produksi akan lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News