kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Grup Indofood perbarui kontrak US$ 1,59 miliar


Selasa, 28 Januari 2014 / 07:05 WIB
ILUSTRASI. Promo Indomaret Super Hemat Periode 7-13 September 2022


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memperbaharui lisensi produk di seluruh lini bisnisnya yang berakhir tahun 2013. Lisensi baru ini berlaku tahun 2014 hingga 2016 dan melibatkan total US$ 1,59 miliar atau sekitar Rp 19,1 triliun (dengan kurs US$ 1=Rp 12.000).

Menilik dokumen yang diterbitkan induk INDF, First Pacific Company Limited, Grup Indofood tercatat bakal melanjutkan kontrak lisensi di unit bisnis mi instan, perkebunan, distribusi, tepung, dan bisnis minuman. Pembaharuan lisensi produk di lini bisnis mi instan, misalnya, dilakukan oleh anak usaha INDF, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Mi instan merek "Indomie" dilisensikan ke beberapa negara Timur Tengah dan Afrika seperti Nigeria. Di Nigeria, ICBP memberi lisensi eksklusif merek Indomie. ICBP memang tak memiliki pabrik di Nigeria. Namun ICBP menyuplai bumbu, dan kemasan mi instan. Hal yang sama juga dilakukan untuk lisensi Supermi dan Popmie di Timur Tengah.

Transaksi di bisnis mi instan ini menjadi salah satu strategi Grup Indofood memperbesar pasar Timur Tengah dan Afrika. Kapitalisasi bisnis mi instan INDF tahun ini dalam lisensi produk tersebut mencapai sekitar US$ 145,3 juta.

Grup Indofood juga memperbaharui lisensi produk dari sektor perkebunan dari anak usahanya PT Salim Ivomas Tbk (SIMP). Misalnya saja, perjanjian dengan IndoInternational Green Energy Resources Pte (IGER Group). SIMP menjual bibit ke IGER Group dan membeli beberapa produk seperti minyak sawit dan pupuk dari perusahaan tersebut.

Kapitalisasi bisnis dari perjanjian produk di bidang perkebunan ini mencapai US$ 181,6 juta sepanjang tahun 2014. Sementara di bisnis minuman, total agregat kapitalisasi pasarnya bisa mencapai US$ 237,9 juta.

Analis BNI Securities, Ankga Adirawirasta mengatakan, pembaharuan lisensi produk ini membuat prospek Grup Indofood kian bersinar. "Jadi ada kepastian baru untuk produk ini ke depannya," ujarnya.

Meskipun banyak memberikan lisensi produk ke luar negeri, kontribusi penjualan ekspor sejatinya tidak cukup menopang kinerja INDF. Penjualan utama INDF tetap berasal dari penjualan di dalam negeri, dengan kontribusi sebanyak 89%.
Ankga memperkirakan, pendapatan INDF tahun ini bisa tumbuh menjadi Rp 61 triliun, naik 11% dari tahun 2013 yang diprediksi sebanyak Rp 55 triliun. Pertumbuhan ini akan ditopang bisnis mi instan dan tepung terigu.

Ankga juga memperkirakan, Grup Indofood akan menikmati perbaikan dari bisnis perkebunan. Sebab harga komoditas, terutama minyak sawit, mulai pulih.

Namun, analis Sucorinvest Central Gani, Ishfan Helmi melihat, meski di tahun 2013 ICBP banyak meluncurkan produk baru, pertumbuhan penjualan mi instan sudah terbatas. Dia memperkirakan, penjualan dari mi instan hanya akan naik 5%-10% pada tahun ini. Menurut Isfhan, penjualan ICBP akan banyak bertumbuh dari sektor minuman susu (dairy).

Melihat prospek pertumbuhan INDF yang menarik, Ankga merekomendasikan buy saham ini dengan target harga Rp 7.600 hingga akhir tahun 2014.

Kemarin, harga saham INDF berakhir turun 4,47% menjadi Rp 6.950 per saham dari akhir pekan lalu. Ini artinya, ada potensi gain 9,35% dari target harga yang ditetapkan Ankga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×