kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.396.000   29.000   1,23%
  • USD/IDR 16.745   14,00   0,08%
  • IDX 8.372   -16,57   -0,20%
  • KOMPAS100 1.158   -4,75   -0,41%
  • LQ45 841   -5,56   -0,66%
  • ISSI 292   0,59   0,20%
  • IDX30 441   -4,86   -1,09%
  • IDXHIDIV20 507   -6,07   -1,18%
  • IDX80 130   -0,51   -0,39%
  • IDXV30 137   -1,14   -0,82%
  • IDXQ30 140   -1,36   -0,96%

Growth Stocks Dominasi Jajaran Saham Big Caps, Ini yang Menarik


Jumat, 14 November 2025 / 04:45 WIB
Growth Stocks Dominasi Jajaran Saham Big Caps, Ini yang Menarik
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham untuk growth stock yang berada di jajaran big caps


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Klasemen 10 saham dengan kapitalisasi pasar alias market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) belakangan ini diisi oleh saham-saham yang secara fundamental belum teruji dan sedang dalam fase pertumbuhan alias growth stock. 

Emiten yang fundamental solid dan teruji puluhan tahun justru tergusur. Ambil contoh, saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), bahkan tidak masuk dalam jajaran 10 teratas di BEI. ​

Berdasarkan data BEI per Kamis (13/11/2025), saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berada di puncak klasemen dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.324 triliun. Ini setara dengan 8,65% dari total kapitalisasi pasar di BEI. 

Di urutan kedua ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan total kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.022 triliun. Lalu ada saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) diurutan ketiga dengan market cap Rp 678 miliar. 

Baca Juga: Cek Saham Net Sell Terbesar Asing Saat IHSG Terkoreksi ke Level 8.371, Kamis (13/11)

Bahkan saham-saham perbankan Indonesia yang terkenal dengan fundamental solid hanya terisa, BBCA, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Kapitalisasi pasar BBRI hanya Rp 581 triliun, sementara BMRI sebesar Rp 434 triliun. 

Investment Advisor Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis mengatakan banyak investor termasuk asing dan institusi mulai mencari saham yang kemungkinan re-rating tinggi atau diuntungkan oleh perubahan struktur bisnis, bukan hanya stabilitas historis. 

Misalnya, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang naik ke jajaran kapitalisasi pasar tertinggi yang didorong oleh growth story hilirisasi tambang dan smelter tembaga yang baru rampung di 2024–2025.

Berdasarkan karakteristiknya, AMMN punya valuasi yang tinggi bukan karena sudah mature tetapi karena ekspektasi pertumbuhan masa depan yang besar. Alrich bilang ini merupakan ciri khas growth big cap. 

“Artinya, investor tertarik ke saham yang punya growth story karena potensi kenaikan yang lebih besar daripada saham besar atau mature yang prospek pertumbuhan relatif lambat,” katanya kepada Kontan, Kamis (13/11/2025). 

Alrich bilang saham emiten mature yang sudah lama dalam top cap seringkali menghadapi pertumbuhan earnings yang moderat, sedangkan investor yang mencari upside besar merasa kurang tertarik.

“Sini tema investasi global dan domestik mengarah ke:transformasi energi, digitalisasi, industrialisasi, dan ESG. Saham big caps yang sudah mature di sektor tradisional bisa tertinggal tema ini,” ucapnya. 

Baca Juga: Wall Street Melemah Kamis (13/11), Investor Tunggu Data Ekonomi Pasca Shutdown AS

Jadi tidak heran ketika investor yang ingin pertumbuhan yang lebih signifikan akan cenderung mencari emiten di luar sektor yang mature. Misalnya, saham BREN, DSSA, AMMN, BRPT untuk tema transisi energi dan hilirisasi.

“Investor kini lebih fokus pada ekspektasi masa depan dibanding stabilitas kinerja masa lalu. Ini mencerminkan shift in market behavior di mana pasar menghargai growth potential dan thematic exposure,” kata Alrich. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan mengatakan, tahun ini pergerakan pasar saham agak berbeda yang disebabkan oleh aliran dana asing yang terus keluar. Secara year to date, net sell asing mencapai Rp 34,40 triliun. 

Ketidakpastian global membuat investor asing melakukan penyesuaian portofolio. Ekky menyebut dampak paling terasa pada saham-saham besar dengan fundamental kuat yang historisnya memang jadi favorit asing. Jadi ketika asing keluar, saham-saham itu akan tertekan. 

Di sisi lain, emiten-emiten konglomerasi yang sedang bertumbuh alias growth stocks relatif tidak terlalu tergantung pada dana asing. Dia mencermati mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemegang saham pengendali dan investor domestik. 

“Akibatnya, gangguan dari arus keluar asing tidak memberikan efek. Sementara investor domestik cenderung lebih agresif dan mencari saham yang punya potensi kenaikan cepat, terutama emiten yang punya story,” kata Ekky. 

Namun ketidakpastian global tidak akan berlangsung selamanya. Ekky mencermati investor asing sudah mulai masuk ke pasar saham Indonesia, terutama setelah valuasi big caps berada di posisi yang cukup menarik. 

Menurutnya, ketik ada momentum pemulihan semakin kuat dan harga mulai merespons, akan terjadi rotasi ulang ke saham-saham fundamental besar seperti perbankan, telekomunikasi dan consumer goods.

 

“Artinya, ketika sentimen membaik, pergeseran minat investor biasanya akan kembali ke emiten-emiten yang historisnya paling stabil dan punya rekam jejak kinerja panjang,” ucap dia. 

Semenata itu, Alrich menyarankan investor dapat mencermati saham BREN, AMMN, DCII, BRPT untuk saham growth exposure dengan risiko tinggi, tetapi risiko potensial. Keempatnya unggul karena ekspansi besar dan posisi di sektor masa depan. 

Jika  investor mencari saham yang dengan pasif income dan stabilitas, Alrich bilang investor dapat melirik BBCA, BBRI, BMRI dan DSSA. Keempatnya memberikan dividen dan memiliki cash flow yang kuat. 

Untuk saham yang berkaitan dengan tema tertentu, investor dapat mencermati TPIA karena berkaitan dengan industri hilirisasi dan BYAN terkait dengan energi tradisional yang masih efisien. 

Selanjutnya: Tekanan Bisnis Asuransi Jiwa Belum Mereda

Menarik Dibaca: Moto Pad 60 Neo Tawarkan Harga Rp 2 Jutaan, Didukung Penyimpanan 2 TB!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×