Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Group Astra mencetak kinerja laba yang cukup menggembirakan di sepanjang tahun 2024.
Misalnya, PT Astra International Tbk (ASII) laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ASII mencapai Rp 34,05 triliun 2024. Ini tumbuh 0,63% dibanding periode yang sama tahun lalu alias year on year (YoY).
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias laba bersih perseroan tercatat Rp 1,14 triliun tahun lalu, naik 8,67% yoy dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,05 triliun.
Kemudian, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) membukukan laba sebesar Rp 2,03 triliun di tahun 2024 atau naik 10,37% dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp 1,84 triliun.
Baca Juga: Astra International (ASII) Catat Kinerja Positif di 2024, Laba Bersih Tumbuh 0,63%
PT Astra Graphia Tbk (ASGR) mencatatkan laba bersih Rp 204,6 miliar di sepanjang tahun 2024 atau melonjak 45% bila dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 141,07 miliar.
Hanya saja, PT United Tractors Tbk (UNTR) melaporkan penurunan laba bersih 5,24% menjadi Rp 19,53 triliun,dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 20,61 triliun.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk (ASII) Djony Bunarto Tjondro menyatakan bahwa Grup Astra mencatat laba bersih yang solid pada 2024, didukung oleh portofolio bisnis yang beragam, meskipun terjadi pelemahan sentimen konsumen di Indonesia.
"Kontribusi terbesar berasal dari bisnis sepeda motor, jasa keuangan, serta infrastruktur dan logistik, meski sebagian terdampak oleh penurunan penjualan mobil dan harga batu bara yang lebih rendah," kata Djony dalam keterangan resminya, Jumat (28/2).
Baca Juga: Laba Tumbuh Tipis, Astra (ASII) Masih Optimistis Prospek Pertumbuhan Jangka Panjang
Ke depan, lanjut Djony, Astra tetap optimistis terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang Indonesia.
Dengan neraca keuangan yang kuat, perusahaan siap menghadapi ketidakpastian jangka pendek serta berinvestasi dalam memperkuat bisnis inti dan menjajaki peluang baru guna mendorong pertumbuhan jangka menengah dan panjang.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, mengatakan faktor utama pertumbuhan group Astra ialah meningkatnya pendapatan di berbagai lini bisnis, terutama dari segmen jasa keuangan dan infrastruktur, yang menunjukkan ketahanan Astra dalam menghadapi tantangan ekonomi.
"Namun, sektor otomotif tertekan akibat daya beli yang belum pulih sepenuhnya, sementara sektor alat berat terdampak oleh volatilitas harga komoditas," ucap Miftahul kepada Kontan, Jumat (28/2).
Miftahul memperkirakan prospek kinerja Group Astra pada 2025 diperkirakan tetap positif dengan potensi pertumbuhan di sektor keuangan, infrastruktur, dan teknologi.
Baca Juga: Laba Naik Tipis, Astra (ASII) Usul Bagi Dividen Final Rp 308 per Saham
Ini didorong oleh pemulihan daya beli serta proyek pembangunan nasional dapat menjadi katalis pertumbuhan, meskipun resiko dari fluktuasi ekonomi global dan harga komoditas tetap menjadi perhatian.
Namun, sektor otomotif yang menjadi salah satu tulang punggung utama ASII juga mulai merasakan tekanan kompetitor mobil listrik, terutama mobil listrik BYD yang telah menguasai pangsa pasar 36% di Indonesia.
"Sungguh suatu angka yang tidak bisa dianggap enteng," ujar Miftahul.
Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey menilai kinerja ASII tetap stabil dan defensif meskipun menghadapi disrupsi, khususnya di sektor otomotif akibat persaingan mobil listrik dari China dan di sektor pertambangan karena penurunan harga komoditas.
Audrey melihat ada sejumlah sentimen yang mendukung kinerja ASII tetap positif di tahun 2025. Pertama, optimisme terhadap solidnya segmen keuangan. Kedua, adanya insentif PPnBM DTP 3% untuk kendaraan hybrid yang diperkirakan dapat menurunkan harga hingga Rp 9 juta.
"Namun, ada beberapa faktor yang bakal mempengaruhi kinerja Astra, seperti suku bunga yang masih tinggi, pelemahan daya beli dan tantangan fiskal dari PPN 12% untuk barang mewah," ujar Audrey kepada Kontan Jumat (28/2).
Audrey menyarankan buy saham ASII dengan target harga di level Rp 5.500 per saham.
Sementara, Miftahul merekomendasikan untuk buy on weakness saham ASII di target harga Rp 4.820 per saham.
Selanjutnya: Mengapa Awal Puasa di Indonesia Beda dengan Singapura, Malaysia, dan Brunei?
Menarik Dibaca: IDEC 2025 Dorong Inovasi di Industri Kesehatan Gigi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News