Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah untuk meningkatkan peran sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur tampaknya menghadapi tantangan.
Pasalnya, di saat yang bersamaan, pemerintah justru memangkas anggaran infrastruktur yang dikelola Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan alasan efisiensi anggaran negara.
Pada awalnya, pagu anggaran Kementerian PUPR tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp 110,95 triliun. Namun, pemerintah memangkasnya sebesar Rp 60,46 triliun, sehingga hanya tersisa Rp 50,49 triliun.
Baca Juga: Bullion Bank Memoles Kinerja Emiten Emas, Cek Rekomendasi Saham Berikut Ini
Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya, tetapi juga pada emiten konstruksi swasta.
Selama ini, perusahaan konstruksi swasta masih menghadapi kesulitan dalam memperoleh proyek dari pemerintah, sehingga mereka lebih mengandalkan kontrak dari mitra swasta. Salah satu contohnya adalah PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL).
Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada, Anggie S. Sidharta, menyatakan bahwa pihaknya tetap berfokus pada spesialisasi mereka, yaitu pembangunan gedung bertingkat, komersial, dan industri yang mayoritas berasal dari sektor swasta.
Menurut Anggie, pemangkasan anggaran infrastruktur pemerintah tidak berdampak signifikan terhadap TOTL karena proyek yang mereka tangani masih sesuai dengan bidang spesialisasi perusahaan.
Baca Juga: Morgan Stanley Pangkas MSCI Indonesia, Indeks Ambruk, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini
"Selama ini, pembangunan gedung yang kami kerjakan masih dalam lingkup spesialisasi kami," ujarnya pada Selasa (25/2).
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, menilai bahwa pemangkasan anggaran Kementerian PUPR berpotensi menjadi sentimen negatif bagi emiten konstruksi swasta.
Pasalnya, jumlah proyek yang dijalankan pemerintah akan semakin berkurang, sehingga emiten konstruksi swasta harus lebih mengandalkan kontrak dari sektor swasta.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi sektor konstruksi swasta adalah suku bunga perbankan yang masih tinggi di Indonesia. Dengan berbagai hambatan ini, Andhika memperkirakan bahwa kinerja emiten konstruksi swasta pada tahun 2025 masih akan berat.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham-Saham Emiten Sektor Kesehatan dari BRI Danareksa Sekuritas
Emiten yang mencatatkan kinerja negatif hingga kuartal III-2024, seperti PT Acset Indonusa Tbk (ACST), diproyeksi belum mampu mencetak laba tahunan.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa emiten yang mampu menerapkan tata kelola perusahaan yang baik masih memiliki peluang untuk mencatatkan pertumbuhan kinerja pada tahun ini.
Untuk strategi investasi, Nafan merekomendasikan untuk menahan (hold) saham TOTL dan ACST dengan target harga masing-masing Rp 465 dan Rp 74 per saham.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ADRO, AKRA, LSIP dan PANI untuk Perdagangan Selasa (24/2)
Di sisi lain, Andhika menilai bahwa saham emiten konstruksi swasta masih berada dalam tren penurunan (downtrend) dan merekomendasikan pendekatan wait and see sebelum mengambil keputusan investasi.
Selanjutnya: Setor US$ 160 Juta, Apple Bakal Bangun Fasilitas Riset dan Inovasi
Menarik Dibaca: Kumpulan Link Twibbon Ramadan 1446 H/2025 Bisa Dipakai Untuk Sambut Bulan Suci
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News