kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   5.000   0,22%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Goyahnya Pasar Saham Amerika Serikat Bawa Efek ke Indonesia, Begini Penjelasan Analis


Minggu, 12 Oktober 2025 / 21:47 WIB
Diperbarui Minggu, 12 Oktober 2025 / 22:06 WIB
Goyahnya Pasar Saham Amerika Serikat Bawa Efek ke Indonesia, Begini Penjelasan Analis
ILUSTRASI. Menkeu Tolak Berikan Insentif Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa usai dialog dengan pelaku pasar modal di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (09/10/2025). Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan belum akan memberikan insentif bagi industri pasar modal sebelum perilaku spekulatif atau praktik “menggoreng” saham dibereskan terlebih dahulu. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/09/10/2025


Reporter: Rashif Usman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham kembali dibuat was-was dengan hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas. Ini setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif tambahan hingga 100% terhadap seluruh impor dari China.

Selain itu, Trump juga berencana menerapkan kontrol ekspor pada berbagai perangkat lunak strategis mulai 1 November 2025.

Langkah agresif tersebut memperburuk hubungan antara dua raksasa ekonomi dunia dan langsung mengguncang pasar keuangan global. Bursa saham AS Wall Street anjlok pada perdagangan Jumat (10/10/2025), dengan nilai pasar yang dilaporkan menyusut sekitar US$ 2 triliun.

Baca Juga: CEO JP Morgan Peringatkan Ancaman Koreksi Besar di Pasar Saham AS

Ketiga indeks saham utama AS anjlok setelah pernyataan Trump. Jumat (10/10/2025), Dow Jones Industrial Average anjlok 878,82 poin atau 1,90% menjadi 45.479,60. Indeks S&P 500 ambles 182,60 poin atau 2,71% menjadi 6.552,51 dan Nasdaq Composite turun 820,20 poin, atau 3,56% ke posisi 22.204,43.

Pelemahan pada bursa saham di AS pun dinilai akan membawa pengaruh ke pasar saham Indonesia.

Customer Engagement and Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas Chory Agung Ramdhani menjelaskan ketika bursa AS bergejolak, pasar saham dalam negeri ikut terseret meski fundamental tergolong solid. 

"Secara fundamental Indonesia bisa baik-baik aja, tapi tetap 'ketularan panik' dari AS. Penyebab utamanya ada di mekanisme global fund flow dan sentimen risiko atau risk appetite," kata Chory kepada Kontan, Minggu (12/10/2025).

Chory menjelaskan secara rinci investor institusi global seperti BlackRok, Vanguard, Fidelity dan lainnya memiliki portofolio di banyak negara termasuk Indonesia. Ketika pasar AS jatuh tajam, nilai portofolio investor global ikut menyusut, sehingga mereka perlu menutup margin call atau mengembalikan proporsi aset atau rebalancing.

"Jadi mereka terpaksa jual aset di emerging market seperti Indonesia bukan karena fundamental Indonesia jelek, tapi karena butuh cash dan likuiditas untuk menutup posisi di AS," ujar Chory.

Baca Juga: Konflik AS-China Meruncing, Bakal Berefek ke Pasar Saham Indonesia?

Selain itu, ia menilai ada faktor risk-off sentiment. Ketika pasar global panik, investor institusi lebih suka menaruh dana di aset safe haven seperti dolar AS, US Treasury dan emas. Ini membuat investor keluar dulu dari aset berisiko termasuk saham negara berkembang.

"Makanya kadang IHSG ikut turun, walau informasi buruknya datang dari AS dan engga ada hubungannya langsung sama ekonomi kita," tambahnya.

Selain itu, Chory juga menyampaikan bahwa pasar bergerak bukan berdasar kepastian, tapi juga mengacu pada persepsi dan ekspektasi.

Ia menjelaskan tarif dan perang dagang langsung memengaruhi outlook pertumbuhan global dan earnings perusahaan. Misalnya, kalau Trump serius menaikkan tarif barang impor China, otomatis biaya bahan baku naik, laba perusahaan AS bisa tertekan, supply chain terganggu hingga global trade turun dan berdampak pada negara berkembang.

Dus, meski belum pasti, pasar langsung price in kemungkinan buruk. Begitu muncul tanda-tanda eskalasi, investor besar lebih pilih ambil posisi aman dulu dengan mengambil posisi jual, lalu membeli kembali jika kondisi sudah dinilai aman. 

Selain itu, banyak algo-trading dan fund makro global yang memakai trigger berbasis headline atau keyword seperti 'tariff' dan 'trade war'. Otomatis mereka mengambil posisi jual begitu muncul sentimen negatif dari AS.

"Jadi bukan cuma soal Trump serius atau enggak, tapi reaksi sistemik dari algoritma dan investor besar yang membuat pasar tetap volatil," ujarnya.

Dengan begitu, Chory menyimpulkan meski Indonesia tidak punya hubungan langsung dengan masalah di AS, pasar global sekarang sudah sangat terintegrasi. Jadi ketika pasar saham AS goyah, efek rambatannya otomatis terasa di emerging market terutama lewat aliran dana asing dan perubahan risk appetite global.

Baca Juga: Valuasi Saham AS Melonjak, Investor Waspadai Potensi Gelembung Pasar

Selanjutnya: Tokio Marine Perkuat Layanan Digital di Tengah Pelemahan Penjualan Mobil

Menarik Dibaca: Cara Mengelola Keuangan yang Tepat demi Mencapai Kebebasan Finansial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×