kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.164.000   41.000   1,93%
  • USD/IDR 16.695   76,00   0,46%
  • IDX 8.125   85,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.130   12,55   1,12%
  • LQ45 811   6,69   0,83%
  • ISSI 282   3,69   1,32%
  • IDX30 425   2,99   0,71%
  • IDXHIDIV20 489   5,53   1,14%
  • IDX80 124   1,36   1,11%
  • IDXV30 133   1,56   1,18%
  • IDXQ30 135   1,11   0,83%

Gojek Tokopedia (GOTO) Bersiap IPO, Ini Rekomendasi Para Analis


Selasa, 15 Maret 2022 / 19:39 WIB
Gojek Tokopedia (GOTO) Bersiap IPO, Ini Rekomendasi Para Analis
ILUSTRASI. GoTo, perusahaan hasil merger antara aplikasi ride hailing Gojek dan e-commerce Tokopedia.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

Oleh sebab itu, GOTO tidak bisa diharapkan meraih laba bersih dalam jangka pendek. Sehingga yang akan dilihat investor hanya dari sisi growth dan penguasaan pangsa pasar. "Dengan demikian harga GOTO akan volatile mengikuti persepsi investor terhadap dua hal tersebut," kata Wawan.

Dengan marketcap yang besar sekitar Rp 377 triliun - Rp 413 triliun, GOTO berarti setara dengan sekitar 5% dari total marketcap IHSG dan menempati posisi keempat di bawah BBCA, BBRI dan TLKM.

"Dari fund manager yang tracking index akan cenderung mengkoleksi GOTO," imbuh Wawan.

Di sisi lain, skema greenshoe memang memberikan keyakinan pada investor bahwa harga saham GOTO akan dijaga tidak lebih rendah dari harga IPO. Skema ini juga dinilai untuk menjaga harga saham GOTO agar menarik bagi investor global, mengingat rencana GOTO melakukan dual listing di bursa saham luar negeri.

Namun, opsi pada skema greensoe ini terbatas karena sekitar 15% dari lembar saham IPO. Jadi apabila setelah dilakukan pembelian hingga 7,8 miliar lembar saham harganya masih turun, maka harga saham GOTO bisa jebol.

Baca Juga: Pekan ini, KPPU Sampaikan Hasil Penilaian Merger Gojek dan Tokopedia

Wawan mengingatkan, meski dengan segala prospeknya, secara fundamental GOTO masih merugi. Wawan berpesan agar pelaku pasar tidak FOMO (Fear of Missing Out) alias hanya ikut-ikutan.

"Berkaca pada IPO jumbo sebelumnya BUKA dan MTEL harga bisa saja turun atau dalam kasus MTEL cenderung tidak bergerak. Investor bisa menunggu di pasar sekunder untuk melihat dulu perkembangannya," ujar Wawan.

Jika tertarik, investor bisa membeli dengan tetap mempertimbangkan faktor risiko. Seperti memiliki exit strategi yang disiplin. Misalnya, cutloss jika rugi 10% dan profit taking jika sudah 20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×