Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) sedang menggelar penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang diklaim sebagai ekosistem digital terbesar di Indonesia ini mengincar dana setidaknya Rp 15,2 triliun (US$ 1,1 miliar), dengan tambahan Rp 2,3 triliun (US$ 160 juta) dari greenshoe.
Dalam IPO ini, GOTO menawarkan sebanyak 48 miliar saham baru Seri A dengan kemungkinan ditingkatkan sampai sebanyak-banyaknya 52 miliar saham baru dan mewakili hingga 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor setelah selesainya IPO (tidak termasuk saham tambahan dari opsi penjatahan lebih).
Kisaran harga untuk IPO ditetapkan sebesar Rp 316 hingga Rp 346 per saham. Sehingga kapitalisasi pasar saat pencatatan saham di BEI diperkirakan mencapai antara Rp 376,6 triliun (US$ 26,2 miliar) dan Rp 413,7 triliun (US$ 28,8 miliar), salah satu yang tertinggi di BEI.
Menurut Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, tidak bisa dihindarkan bahwa publik akan membanding-bandingkan IPO GOTO dengan perusahaan teknologi lain yang sudah melantai di BEI, yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Meski kondisi GOTO dan BUKA berbeda, tapi ada sejumlah hal yang perlu dicermati.
Baca Juga: Ada Skema Greenshoe dan Hak Suara Multipel di IPO GoTo, Begini Penjelasannya
Melantai di BEI sejak 6 Agustus 2021, IPO Bukalapak sempat membuat euforia pelaku pasar. Mencatatkan saham perdana dengan harga IPO Rp 850, BUKA memegang rekor nilai IPO terbesar sejumlah Rp 21,9 triliun.
Namun, euforia BUKA tak berlangsung lama. Saham BUKA sudah anjlok dengan tajam ke level Rp 276 sampai dengan perdagangan Selasa (15/3).
Teguh menyoroti, harga penawaran IPO GOTO memang lebih murah di kisaran Rp 316 hingga Rp 346 per saham, meski dengan marketcap yang jumbo di atas Rp 400 triliun. Jika diestimasi marketcap BUKA saat IPO sebesar Rp 80-an triliun, maka marketcap GOTO empat kali lipat lebih besar dari BUKA.
Hal ini bisa dijustifikasi lantaran jika dibandingkan dalam bisnis e-commerce, Tokopedia lebih unggul dalam hal pangsa pasar dibandingkan Bukalapak. Belum lagi jika ditambahkan ekosistem Gojek sebagai pemimpin pasar di industri transportasi online.
Bahkan, marketcap GOTO juga sangat jumbo jika dibandingkan salah satu konglomerasi raksasa di Indonesia, yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII). Marketcap Astra sekitar Rp 255 triliun, nyaris setengah dari marketcap GOTO. Padahal, dari sisi kinerja keuangan, GOTO senasib dengan BUKA, masih sama-sama menanggung kerugian.
Baca Juga: Mitra Driver, Merchant, Pelanggan Gojek-Tokopedia Dapat Jatah Saham IPO GoTo
"Perusahaan sama-sama rugi dan valuasinya jauh lebih tinggi, bagaimana pun orang akan membandingkan dengan Bukalapak. Kalau pada IPO Bukalapak saya menyarankan untuk tidak membeli sahamnya, sebenarnya untuk GoTo ini saya menyarankan hal yang sama," kata Teguh saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (15/3).
Dari sisi momentum, lanjut Teguh, ada perbedaan signifikan antara IPO BUKA dan GOTO. Saat BUKA menggelar IPO pertengahan tahun lalu, saham-saham teknologi seperti yang berada di Amerika Serikat sedang menjadi primadona.
Namun belakangan ini saham-saham teknologi semacam Amazon, Alibaba, Facebook, dan Netflix tengah merosot. Alhasil, Teguh melihat IPO GOTO tidak sedang berada di momentum yang tepat untuk perusahaan teknologi.