Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini diperkirakan semakin banyak emiten yang akan menerbitkan global bond. Baru beberapa hari memasuki 2018, sudah ada beberapa emiten yang mengumumkan rencana menerbitkan obligasi global tahun ini.
Seperti, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang berniat menerbitkan global bond berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 750 juta. Selanjutnya, PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) akan menerbitkan global bond sebesar US$ 300 juta, serta PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dengan nilai yang sama.
Meski tak listing di bursa, PT PLN juga menyatakan niatnya untuk mengikuti jejak PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menerbitkan obligasi global berdenominasi rupiah alias Komodo Bond. Diperkirakan PLN akan menerbitkan Komodo Bond senilai Rp 20 triliun.
Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra melihat, penerbitan global bond pada tahun ini masih cukup menarik. Kenaikan peringkat utang yang baru diterima Indonesia dari Fitch Ratings akhir tahun lalu bisa membuat persepsi risiko investor global terhadap surat utang yang diterbitkan pemerintah Indonesia jadi semakin baik.
"Hal tersebut bisa berdampak positif ke global bond yang diterbitkan emiten yang melakukan bisnis di Indonesia," ujar Made kepada KONTAN, Kamis (11/1).
Dampak positif lain yang mungkin dirasakan emiten dengan enaikan peringkat ini ialah terkait kupon obligasi. Berkurangnya risiko utang Indonesia membuat emiten bisa mengurangi beban keuangannya, lantaran kupon global bond yang diterbitkan berpotensi lebih rendah dibandingkan global bond yang diterbitkan sebelum kenaikan peringkat ini.
Namun, tantangan masih menghantui potensi pasar global bond di tahun ini. Pasalnya, beberapa bank sentral negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang akan melakukan normalisasi kebijakan moneter di tahun ini yang bisa berdampak pada likuiditas di pasar global. Sehingga Made menilai, emiten harus memilih waktu yang tepat untuk menerbitkan global bond agar dapat terserap secara maksimal.
"Waktu yang tepat nampaknya berada di semester pertama tahun ini. Sebab, Fed Fund Rate (FFR) berpotensi naik cukup banyak di semester dua nanti. European Central Bank (ECB) juga akan melakukan penyesuaian di September nanti, sehingga likuiditas global di paruh pertama tahun terlihat lebih baik dari paruh kedua," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News