kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Getol efisiensi, bisnis GGRM terus mengepul


Selasa, 24 November 2015 / 20:42 WIB
Getol efisiensi, bisnis GGRM terus mengepul


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Meski terpapar risiko berbagai regulasi seputar rokok, namun bisnis PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih tetap mengepul. Hingga kuartal III-2015, perseroan mencetak laba bersih Rp 1,7 triliun.

Haryy Su, analis Bahana Securities bilang, pencapaian tersebut setara dengan pertumbuhan 28% secara year on year (yoy), 52% quarter on quarter (qoq). "Pencapaian ini juga 40% diatas prediksi kami untuk periode kuartal III-2015," imbuhnya, (24/11).

Pencapaian tersebut merupakan hasil dari efisiensi operasional yang dilakukan GGRM. Emiten rokok tersebut melakukan penghematan pada pos pengeluaran marketing, kompensasi karyawan, suplai peralatan kantor, serta biaya perawatan dan pemeliharan.

Alhasil, beban penjualan dan beban administrasi GGRM masing-masing drop 42% qoq dan 17% qoq. Efisiensi ini pada akhirnya membuat margin operasi GGRM periode 3Q15 tercatat sebesar 14,4%. Bandingkan dengan margin operasi untuk periode 2Q15 dan 3Q14 yang masing-masing sebesar 10,6% dan 13,6%.

Terlepas dari maslah regulasi, bisnis GGRM untuk jangka panjang juga diprediksi bakal tetap megkilap. Ada beberapa hal yang mendukung asumsi ini.

Pertama, soal daya beli atau purchasing power dari masyarakat yang tahun depan diprediksi mulai puliah.`Dengan permintaan yang membaik, maka penjualan bisa menjadi lebih moncer. Pada saat yang bersamaan, purchasing power yang lebih tinggi membuat GGRM memiliki ruang yang lebih luas untuk melakukan penyesuaian harga tahunan.

Kelebihan dana pasca penyesuaian ini juga membuat GGRM punya modal untuk membiayai riset pengembangan yang lebih besar. Riset ini dibutuhkan untuk memproduksi rokok varian baru. Semakin banyak varian, maka GGRM memiliki ruang yang lebih banyak untuk membuat margin labanya bakal jauh lebih baik.

"Tambahan juga, sepertinya juga tidak ada kenaikan yang besar untuk harga tembakau tahun depan," ujar Harry. Harga tembakau diperkirakan berada pada rentang Rp 80.000 hingga Rp 90.000 per kilogram (kg).

Jadi, GGRM juga tidak perlu mengeluarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk rencana ekspansi mengingat kapasitas dan inventorinya masih mencukupi. Andai ada capex pun itu hanya untuk pengeluaran ruitn tahunan, untuk biaya pemeliharan oeprasional.

Dengan proyeksi itu, Harry merevisi proyeksi kinerja GGRM. Untuk tahun ini, dia memprediksi GGRM mampu meraup pendapatan 69,03 triliun dari sebelumnya Rp 67,33 triliun. Sementara, laba bersihnya direvisi jadi Rp 5,44 triliun dari sebelumnya Rp 4,94 triliun. Lalu, margin kotornya dari 19,3% jadi 21%. Terakhir, margin laba bersihnya direvisi menjadi 7,9% dari sebelumnya 7,3%.

Sementara, untuk 2016, pendapatannya direvisi dari semula Rp 73,72 triliun menjadi Rp 73,92 triliun. Laba bersih dari rp 5,48 triliun jadi Rp 5,96 triliun. Margin laba kotor menjadi 21,2% dari sebelumnya Rp 20%, dan margin laba bersih menjadi 8,1% dari 7,4%.

Harry memberikan rekomendasi buy dengan target Rp 65.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×