Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT) telah menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 10 triliun untuk membangun sekitar 4.300 site pada tahun ini. Agenda ekspansi ini pun disambut positif oleh analis walau ISAT tetap harus memperhatikan kondisi keuangannya.
Lucky Ariesandi, Analis Bahana Sekuritas menyampaikan, capex ISAT sebesar Rp 10 triliun di tahun ini merupakan bagian dari target capex perusahaan yang mencapai US$ 2 miliar selama tiga tahun ke depan.
Ia berpendapat, arus kas bebas ISAT dapat terganggu dengan peningkatan capex yang terjadi dalam beberapa tahun ke depan. “Peningkatan capex dan margin EBITDA yang rendah akan membuat ISAT memiliki arus kas bebas negatif di periode 2019—2021,” tulisnya dalam riset 8 Maret.
Niko Margaronis, Analis Danareksa Sekuritas menilai, karena tahun lalu mengalami kerugian bersih sebesar Rp 2,40 triliun, ISAT harus pintar-pintar dalam mencari pendanaan agar ekspansi bisnis yang dijalankan tidak lagi membebani kinerja keuangannya. ISAT sendiri awal Maret lalu telah menerbitkan obligasi dan sukuk dengan nilai sebesar Rp 2 triliun.
Terlepas dari itu, ekspansi bisnis tetap perlu dilakukan secara gencar oleh ISAT agar tuntutan kualitas jaringan yang lebih baik dapat terpenuhi. Apalagi tingkat persaingan di sektor telekomunikasi terus meningkat sejak kebijakan registrasi ulang kartu sim diberlakukan. “Jika kualitas jaringan bisa diperbaiki, daya tarik emiten ini di mata pelanggan akan meningkat,” kata Niko, Rabu (13/3).
Sebagai catatan, persaingan yang sengit dalam bisnis telekomunikasi membuat basis pelanggan ISAT turun 47,3% menjadi 58 juta pelanggan pada tahun lalu. Untungnya, churn rate atau tingkat kartu hangus milik perusahaan mengalami penurunan dan berada di level 12% hingga akhir 2018.
Niko merekomendasikan hold saham ISAT dengan target Rp 3.100 per saham. Rekomendasi hold juga diberikan oleh Lucky dengan target harga Rp 2.850 per saham.
Lucky memprediksi, pendapatan ISAT dapat mencapai Rp 24,88 triliun di tahun ini. Namun, perusahaan masih akan mengalami rugi bersih sebesar Rp 1,87 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News