Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Ooredoo Tbk mengalami masa penuh kelabu sepanjang tahun lalu. Hal ini tercermin dari penurunan kinerja keuangan emiten berkode saham ISAT tersebut.
Asal tahu saja, ISAT mengalami penurunan pendapatan sebesar 22,7% (yoy) di tahun 2018 menjadi Rp 23,1 triliun. Di periode serupa, operator telekomunikasi ini menderita rugi bersih sebesar Rp 2,40 triliun. Padahal, di 2017 lalu, emiten tersebut masih mencetak laba bersih sebesar Rp 1,13 triliun.
Tiga sumber pendapatan ISAT turun sepanjang tahun lalu. Pendapatan dari bisnis seluler merosot 26,4% (yoy) menjadi Rp 18,02 triliun. Sementara pendapatan dari bisnis multimedia turun 3% (yoy) menjadi Rp 4,38 triliun. Adapun pendapatan dari bisnis telekomunikasi tetap anjlok 20,1% (yoy) menjadi Rp 729,3 miliar.
Analis Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menyebut, penurunan kinerja ISAT didorong oleh peningkatan biaya keuangan sebesar 5,1% (yoy) menjadi Rp 2,19 triliun. Belum lagi, emiten ini mengalami kerugian operasional sebesar Rp 464,8 miliar.
Menurutnya, hal tersebut merupakan efek dari kebijakan registrasi ulang kartu SIM prabayar yang memicu perang tarif di sektor telekomunikasi sepanjang tahun lalu. ISAT pun dinilai menjadi operator yang paling tertekan oleh peningkatan persaingan bisnis tersebut. “Dibandingkan kompetitornya, ISAT memiliki kekurangan dari segi kualitas jaringan internet,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (13/3).
Maka dari itu, ISAT memang perlu memperbaiki kualitas jaringan internet, khususnya untuk 4G. Perusahaan ini pun disebut telah membangun 1.000 site 4G per minggu selama kuartal IV 2018 silam.
Hasilnya, hingga akhir tahun lalu, ISAT telah menambah 9.871 BTS 4G. Secara keseluruhan, perusahaan ini mengoperasikan 17.050 BTS 4G di 376 kota di seluruh Indonesia.
Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana Putra menilai, kinerja ISAT sebenarnya mulai membaik jika dilihat secara kuartalan. Ini terbukti dari pendapatan ISAT yang meningkat 11,7% (qoq) menjadi Rp 6,4 triliun di kuartal IV lalu, walaupun perusahaan mengalami peningkatan rugi bersih menjadi Rp 1,10 triliun.
Menurutnya, jika ISAT dapat mempertahankan kinerja kuartalan seperti ini, maka pendapatannya dapat meningkat menjadi Rp 24 triliun hingga Rp 25 triliun pada akhir tahun nanti. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasinya sebesar Rp 22,6 triliun.
“Dengan asumsi nilai beban tahun lalu yang serupa, kami menilai ISAT dapat menghasilkan laba bersih jika pendapatannya mencapai Rp 26,5 triliun—Rp 27 triliun di 2019,” ungkap Etta dalam riset 6 Maret 2019.
Niko mengatakan, membaiknya pendapatan ISAT di kuartal IV lalu menunjukkan bahwa industri telekomunikasi Indonesia secara keseluruhan sudah lebih stabil. “Peluang perbaikan kinerja yang lebih lanjut bagi ISAT juga cukup terbuka, namun sifatnya gradual,” imbuhnya.
Niko merekomendasikan hold saham ISAT dengan target Rp 3.100 per saham. Setali tiga uang, Etta juga merekomendasikan hold saham ISAT dengan target harga Rp 2.570 per saham. Hari ini, harga saham ISAT naik 4,87% ke level Rp 2.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News