Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Gas alam semakin panas. Harga komoditas energi ini bertengger ke level tertinggi sejak Februari 2010, karena spekulasi penyusutan cadangan gas AS dan pelemahan dollar AS.
Hingga pukul 16.20 WIB, kemarin, harga gas alam untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa New York Mercantile Exchange melesat 3,7% menjadi US$ 5,757 per per juta kaki kubik (mmbtu). Bahkan, dibandingkan posisi akhir tahun lalu, harga gas alam sudah melonjak 37%.
Badai salju yang menerpa kawasan Amerika memicu permintaan gas alam. Maklum, 49% rumah tangga di AS menggunakan gas untuk pemanas. "Makanya, stok gas AS per pekan lalu mungkin menyusut 249 miliar kaki kubik," prediksi Donald Murry, ekonom CH Guernsey & Co di Oklahoma City, seperti dikutip Bloomberg.
Penyusutan itu merupakan yang terbesar dalam lima tahun terakhir. Rencananya, Kamis (20/2), Energy Information Administration (EIA) merilis data cadangan gas.
Sementara, analis Megagrowth Futures Wahyu Tribowo Laksono melihat, pernyataan Presiden AS, Barack Obama sebagai pendorong utama kenaikan harga gas. Pada 29 Januari lalu, Obama menyatakan bakal memaksimalkan penyerapan tenaga kerja dengan membangun sejumlah pabrik. Pabrik tersebut akan menggunakan bahan bakar gas alam, karena lebih ramah lingkungan.
"Setelah pidato itu, harga gas langsung melonjak sampai menyentuh US$ 5,68 per mmbtu, dan kabar itu masih memberi sentimen positif di pasar energi," ujarnya.
Apalagi, saat ini, pasar komoditas sedang rebound, lantaran dollar AS melemah. Pelemahan dollar terjadi akibat data nonfarm payroll AS per Januari lalu terbilang buruk.
Prediksi Wahyu, harga gas alam masih akan lanjut reli hingga berpeluang mencapai level US4 7,0-US$ 9,0 per mmbtu dalam sebulan ke depan. "Dengan catatan, harga penutupan bisa break di harga US$ 6,10 per mmbtu. Ini level tertinggi yang dicapai pada Januari 2010," paparnya.
Walau terjadi koreksi, hanya mungkin jatuh ke US$ 4,5 per mmbtu.
Secara teknikal, ia bilang, mayoritas indikator menunjukkan masih positif. Relative strength index (IRSI) berada di 65, yang artinya masih berpeluang naik. Sementara, moving average convergence divergence (MACD) masih positif di 0,2. Indikator moving average (MA) 50 di level 4,64, MA 100 di 4,17, dan MA 200 di level 3,93. Artinya, harga masih positif. Hanya, stochastic sudah berada di posisi 86, yang mengindikasikan harga sudah mendekati jenuh beli (overbought), sehingga ada potensi koreksi.
Hingga akhir pekan ini, Wahyu menduga, harga gas alam akan bergulir antara US$ 5,0-US$ 6,5 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News