Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mulai membaik. Bahkan, Direktur Utama GIAA Pahala N. Mansury optimistis, di kuartal tiga tahun ini perusahaannya dapat kembali mencetak laba.
Meski belum bisa mengungkapkan detilnya, Pahala bilang kinerja sudah terlihat membaik. "Karena jika dibandingkan dengan triwulan III-2016 ada pertumbuhan dua kali lipat," kata dia, Selasa (10/10).
Asal tahu saja, laba bersih perusahaan pelat merah ini pada periode Juli-September 2016 mencapai US$ 19,1 juta. Jadi, di kuartal tiga tahun ini, GIAA kira-kira mengantongi laba bersih US$ 38,2 juta.
Lebih lanjut, Pahala mengatakan, keuntungan GIAA di semester II-2017 bisa mencapai US$ 70 juta. Namun, angka tersebut belum dapat menutup kerugian perusahaan penerbangan ini di 2017.
Maklum, sepanjang enam bulan pertama tahun ini, GIAA sudah merugi US$ 281,92 juta. "Keuntungan di full year tahun ini memang agak sulit. Kalau kami menjaga momentum dan ada upaya efisiensi, kami harapkan bisa cetak laba di 2018," tegas Pahala.
Membaiknya kinerja GIAA di paruh kedua tahun ini berkat beberapa faktor pendorong. Pertama adalah faktor musim yang memang sangat berpengaruh pada industri penerbangan.
Di kuartal III-2017 ada tiga musim yang mendongkrak kinerja GIAA, yakni musim liburan, musim mudik dan musim haji. "Dilihat dari setiap kuartal, memang yang paling bagus adalah kuartal III dan mudah-mudahan ini bisa dijaga hingga kuaral IV karena Desember juga bagus," kata Pahala.
Kedua, faktor stabilisasi revenue GIAA yang mulai muncul karena biaya per unit semakin turun. Hal ini juga membuat target pendapatan perusahaan yang naik 7% di tahun ini bisa terlaksana.
Adapun, GIAA berpotensi memperoleh pendapatan sebesar US$ 4,13 miliar di akhir tahun ini. Sementara untuk tahun 2018, maskapai nasional ini menargetkan bisa mengantongi pendapatan lebih tinggi sekitar 9%–10% dari realisasi kinerja tahun ini.
Untuk meningkatkan pendapatan penumpang, GIAA mulai melakukan restrukturisasi rute. Terdekat, di 2 November 2017, maskapai plat merah ini akan memberlakukan rute langsung terbang dari Jakarta ke London, Inggris. Sebelumnya, penerbangan Jakarta-London masih membutuhkan transit di Singapura. Bersamaan dengan itu, GIAA juga akan menghubungkan rute Jakarta-London dengan Melbourne.
Sebelumnya, berdasarkan catatan BPK, rute Jakarta-Singapura-London-Jakarta belum mendatang profit. Sejak dibuka Maret 2016 hingga Juni 2016, BPK mencatat rute ini timbulkan kerugian sebesar US$ 16,43 juta. "Masih akan dilihat jika terbang langsung ke sana. Harapannya bisa mengurangi biaya. Ke Singapura memang biayanya lebih besar," tutur Pahala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News