kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Garuda Indonesia ingin tenor utang diperpanjang


Sabtu, 07 Juli 2018 / 19:35 WIB
Garuda Indonesia ingin tenor utang diperpanjang


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk terus merestrukturisasi utang dalam rangka memperbaiki kinerja. Mereka terpaksa melakukan strategi gali lubang dan tutup lubang.

Cita-cita Garuda Indonesia adalah memperpanjang tenor utang dari saat ini satu tahun hingga dua tahun, menjadi lima tahun. "Karena dengan adanya profiling utang akan membantu meningkatkan keyakinan dan kepercayaan masyarakat maupun lembaga keuangan," terang Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama Garuda Indonesia, Jumat (6/7).

Upaya gali lubang utang terbaru Garuda Indonesia adalah dengan menawarkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA). Nanti, duit hasil penerbitan instrumen itu akan mereka pakai untuk restrukturisasi utang jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua tahun ke depan.

Garuda Indonesia memberikan iming-iming bunga 8,75%–9,5% dengan tenor lima tahun. Jaminan pelunasannya menggunakan pendapatan tiket rute penerbangan ke Jeddah dan Madinah. Mereka mengaku, kedua rute itu mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang tinggi.

Saat ini, Garuda Indonesia dalam tahap bookbuilding. Investor yang mereka incar seperti dana pensiun, asuransi dan perbankan. Kalau mengintip pemberitaan Kontan.co.id, target indikatif KIK EBA sebesar Rp 4 triliun.

Alternatif utang lain berupa penerbitan surat utang global senilai US$ 750 juta yang akan diterbitkan di bursa Singapura. Namun untuk merealisasikannnya, perusahaan berkode saham GIAA di Bursa Efek Indonesia tersebut masih menunggu momentum pasar yang tepat.

Sambil jalan, Garuda Indonesia melakukan negosiasi biaya sewa pesawat. Mereka mengklaim, mampu menurunkan biaya sewa hingga US$ 3 juta per bulan. "Setiap tahunnya bisa turun lebih kurang di atas Rp 400 miliar itu penghematan biaya yang bisa kami lakukan dari proses negosiasi tadi," kata Pahala.

Garuda Indonesia berharap aneka upaya tadi bisa mengantarkan pada perbaikan kinerja bottom line. Hingga kuartal I 2018, mereka masih merugi US$ 65,34 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×