kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda Berjangka: Rupiah masih cenderung melemah pekan depan


Jumat, 10 Mei 2019 / 20:40 WIB
Garuda Berjangka: Rupiah masih cenderung melemah pekan depan


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang rupiah bisa bernafas lega pada perdagangan, Jumat (10/5), setelah terkoreksi pada sesi sebelumnya. Sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mengambil porsi penting sebagai katalis pergerakan rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (10/5) rupiah ditutup menguat 0,23% di level Rp 14.326 per dollar AS. Sementara dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) mata uang garuda melemah tpis 0,06% di level Rp 14.347 per dollar AS.

Hari ini kebijakan AS atas tarif impor China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% dari 10%.Presiden Donald Trump mengatakan ia telah memerintahkan persiapan tarif baru untuk barang senilai US$ 325 miliar lebih lanjut. Jika mulai berlaku, itu berarti hampir semua impor AS dari China akan dikenai tarif 25%.

Sementara, China mengancam akan tindakan balasan, meski sejauh ini belum mengeluarkan langkah-langkah rinci. Trump mengaku mendapat surat dari Presiden China Xi Jinping yang memberi harapan bahwa kesepakatan dagang masih bisa terwujud.

"Beliau menulis surat yang indah kepada saya. Saya baru menerimanya, dan mungkin saya akan menghubungi beliau via telepon," ungkap Trump, mengutip Reuters.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, perang dagang membawa dampak negatif terhadap dollar AS yang mulai ditinggalkan. Apalagi kemarin, data Producer Price Index (PPI) AS periode April hanya tumbuh 0,2% atau lebih rendah dari periode sebelumnya dan Core CPI AS periode April juga hanya tumbuh 0,1% atau lebih rendah dari ekspektasi pasar

Di sisi lain sentimen dalam negeri juga turun mendukung laju rupiah. Hari ini BI melaporkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sebesar US$ 7 miliar atau 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka ini lebih rendah ketimbang kuartal IV-2018 yang mencapai 3,6% PDB. Namun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, defisitnya membengkak karena pada kuartal I-2018 berada di 2,01% PDB.

Artinya, arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa masih belum memadai bahkan semakin seret. “Ini membuat kekuatan fondasi penopang rupiah berkurang sehingga ke depan rupiah kemungkinan masih akan cenderung melemah,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (10/5).

Ibrahim meramal pada perdagangan Senin (13/5) rupiah akan ditransaksikan di level Rp 14.268-Rp 14.313 per dollar AS. Sementara sepekan ke depan bakal berada di kisaran harga Rp 14.275-Rp 14.430 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×