Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk mengubah haluan dalam perencanaan pembangunan unit hilirisasi dan pemurnian mineral (smelter). Emiten pertambangan berkode saham DKFT itu memutuskan menggandeng investor asal China untuk membangun pabrik bahan baku stainless steel atawa nickel pig iron (NPI) dengan kapasitas produksi 160.000 ton per tahun.
Ciho Darmawan Bangun, Direktur Operasi Central Omega Resources bilang, rencananya, pembangunan smelter dimulai pada pertengahan tahun depan. "Desember ini, kontraktor engineering dari China datang ke areal pertambangan kami," katanya pada KONTAN, Selasa (26/11).
Sekadar mengingatkan, pada akhir 2012 silam, DKFT menggandeng perusahaan asal Taiwan, Asiazone Co. Ltd. Kedua perusahaan tersebut sepakat membentuk perusahaan patungan PT Yieh United Omega dalam proyek pembangunan dan pengelolaan smelter feronikel berkapasitas 200.000 ton per tahun.
Salah satu kendala utama proyek tersebut ialah keterbatasan pasokan listrik di lokasi pembangunan smelter, yaitu di Morowali, Sulawesi Utara. Central Omega harus menyediakan pembangkit listrik sendiri dengan kapasitas hingga 3x70 megawatt (MW), sehingga total investasi bengkak menjadi US$ 700 juta.
Karena itu, Central Omega menunda rencana pembangunan smelter feronikel untuk sementara waktu. "Kerja sama dengan investor Taiwan ini akan kami lakukan untuk jangka panjang, karena mereka juga sedang menyiapkan pembangunan pabrik baja yang membutuhkan bahan baku feronikel," ujar Ciho.
Ciho menambahkan, untuk menyiasati hal tersebut, sekarang Central Omega akan fokus menyiapkan proyek pembangunan smelter NPI dengan kapasitas total 160.000 ton. Untuk mengoperasikan smelter itu, perusahaan ini juga akan membangun pembangkit listrik sendiri dengan produksi setrum sebanyak 48 MW.
Ciho bilang, sebagian besar persiapan untuk membangun smelter NPI tersebut sudah dilakukan. Misalnya, tahapan feasibility study sudah rampung dan izin analisis dampak lingkungan (Amdal) akan keluar Desember ini.
Produksi turun
Rencananya, pengoperasian smelter NPI tersebut akan oleh anak usahanya, PT COR Industri Indonesia. Ciho bilang, investor asal China akan masuk dalam kepemilikan saham di perusahaan tersebut. "Komposisi porsi saham belum ditentukan," imbuhnya.
Sayangnya, Ciho belum mau menyebut besaran investasi proyek tersebut. Estimasi biaya pembangunan baru dapat disimpulkan setelah pembicaraan dengan kontraktor engineering asal China rampung.
Yang jelas, Central Omega menargetkan sudah dapat memproduksi NPI pada pertengahan tahun 2015 mendatang. Adapun pasokan bahan baku bijih nikel akan disuplai oleh izin usaha pertambangan (IUP) yang juga dimiliki oleh anak usahanya, seperti PT Mulia Pacific Resources, PT Bumi Konawe Abadi, serta PT Itamatra Nusantara.
Central Omega memproyeksikan hingga akhir Desember ini produksi perusahaannya hanya akan mencapai 2,3 juta ton hingga 2,5 juta ton bijih nikel. Jumlah itu jauh lebih kecil dari target perusahaan yang mencapai 4 juta ton.
Yohanes Supriady, Corporate Secretary Central Omega Resources mengatakan, kendala untuk mencapai target tersebut ialah kondisi cuaca yang kurang bersahabat serta harga jual nikel di pasar internasional rendah. "Kami perkirakan, produksi tahun ini akan sama dengan tahun lalu sebanyak 2,34 juta ton," kata dia.
Sepanjang Januari hingga September ini, Central Omega memproduksi 1,93 juta ton bijih nikel, naik 24,5% dibandingkan periode yang sama. Perusahaan ini juga membukukan pendapatan Rp 581,13 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebanyak Rp 492 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News