kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fundamental kuat jadi harga mati dalam menyusun portofolio reksadana saham


Sabtu, 28 November 2020 / 08:42 WIB
Fundamental kuat jadi harga mati dalam menyusun portofolio reksadana saham


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berharap ekonomi bakal positif di kuartal kedua 2021, prospek reksadana saham diyakini ikut positif ke depan. Adapun pilihan isi portofolio reksadana saham cenderung merujuk pada kebutuhan masyarakat dan menjadikan fundamental sebagai fokus utama.

Direktur Batavia Prosperindo Asset Management (BPAM) Yulius Manto mengungkapkan, dalam mengelola portofolio BPAM cenderung merujuk pada saham-saham yang banyak dibutuhkan masyarakat selama pandemi. "Seperti saham-saham ritel dan kebutuhan pokok, ada juga infrastruktur terkait kebutuhan masyarakat yang bekerja dari rumah. Consumer goods, perbankan, hingga properti juga jadi pilihan menarik di tengah tren suku bunga rendah," ujar Yulius kepada Kontan.co.id, Jumat (27/11).

Selain itu, dalam pemilihan portofolio reksadana saham, BPAM juga mengkombinasikan saham blue chip, dengan saham berkapitalisasi sedang dan kecil. Selain itu, valuasi dan potensi saham ke depan juga ikut menjadi perhatian dalam menyusun portofolio.

"Tapi fundamental sudah harga mati, itu jadi hal utama yang pertama kita lihat. Makannya kami mengistilahkan (BPAM) sebagai fundamental active on manager. Kami memanfaatkan kondisi pasar yang tengah tidak efisien dan memanfaatkan setiap momentum yang ada," ungkap dia.

Baca Juga: Saham dengan fundamental kuat jadi fokus Bahana TCW mengelola reksadana saham

Yulius juga menambahkan, meskipun secara year to date (ytd) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot dalam, nasabah BPAM lebih banyak mencatatkan net subscribe. Kalaupun ada aksi redeem, itu dilakukan lantaran nasabah melakukan profit taking atau ambil untung.

Hingga Oktober 2020, total dana kelolaan BPAM mencapai Rp 47,5 triliun, dengan sekitar Rp 9 triliun dari total tersebut berasal dari reksadana saham. Yulius mengungkapkan secara performa, kinerja reksadana saham milik BPAM cukup kompetitif. Selain itu, kinerja tahun ini juga didukung kesadaran investor akan produk-produk investasi pilihan mereka.

Baca Juga: IHSG melesat 3,80%, asing mengakumulasi net buy Rp 300 miliar sepekan

Dengan tren bunga rendah juga mendorong orang-orang untuk masuk ke instrumen yang menawarkan return tinggi, sehingga banyak investor yang mulai shifting ke obligasi dan saham. Sekedar mengingatkan, Bank Indonesia (BI) sudah memangkas suku bunga acuannya hingga ke level 3,75% dan diprediksi bisa ke level 3,5% akhir tahun ini. "Investasi saham berarti membeli masa depan. Sementara, banyak yang memprediksi ekonomi bakal positif di kuartal kedua 2021," kata Yulius

Yulius mengaku, target IHSG BPAM untuk tahun ini sudah berhasil ditembus, yakni 5.650. Untuk tahun depan, prediksinya earning per share (EPS) masih berpotensi naik 20% hingga 30%, dan prospek saham bakal jadi yang paling menarik.

Baca Juga: Reksadana saham menarik dilirik untuk jangka panjang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×