Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus pada saham-saham dengan fundamental kuat, kinerja reksadana saham milik Bahana TCW Investment Management ikut kecipratan positif seiring kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Prediksinya, tahun depan prospek saham masih akan positif.
Pada perdagangan Jumat (27/11) IHSG berhasil ditutup menguat 0,41% di akhir pekan ke level 5.783. Sayangnya, kenaikan tersebut belum didukung aliran dana asing yang mana banyak keluar di akhir pekan.
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengungkapkan, kinerja reksadana saham masih ada di risk on made. Ini karena, investor cenderung lebih berani mengambil posisi lantaran berita atau sentimen buruk sudah lewat, dan saat ini sedang menikmati berita baik. "Sentimen positif lainnya, yakni window dressing di Desember 2020. IHSG akan positif 1%-4% month on month (mom)," kata Soni kepada Kontan.co.id, Jumat (27/11).
Selain itu, Soni mengaku peningkatan subscription pada reksadana saham juga terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Namun, di Bahana TCW Investment Management, dominasi terbanyak penyumbang dana kelolaan atau AUM masih dari pasar uang dan pendapatan tetap, termasuk reksadana terproteksi. Sedangkan untuk kontribusi reksadana saham sekitar 30% terhadap total AUM.
Baca Juga: IHSG melesat 3,80%, asing mengakumulasi net buy Rp 300 miliar sepekan
Kinerja reksadana saham diyakini masih akan positif hingga tahun depan, Soni mengaku kalau manager investasi (MI) tersebut tidak memiliki strategi khusus jelang tutup tahun ini. Secara portofolio pengelolaan, reksadana saham di Bahana TCW Investment Management overweight pada saham-saham sektor perbnkan, telekomunikasi, semen, sebagian properti dan sebagian lagi komoditas. "Sektor-sektor tersebut dipilih karena strong fundamental," kata Soni.
Ke depan, Soni optimistis reksadana saham masih akan positif, salah satunya karena tren suku bunga yang diprediksi bakal tetap rendah. Sekedar mengingatkan, Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuannya di pertengahan November 2020 menjadi 3,75%. "Tentu ada dampaknya, karena cost of borrowings turun dan margin akan melebar. Positif buat saham terutama interest sensitive stocks," tambah Soni.
Di samping itu, sentimen seperti penetapan Omnibus Law juga masih memberikan efek positif bagi pasar saham ke depan. Ditambah lagi, likuiditas pasar uang juga dianggap masih banyak. Selain itu, pasar emerging markets seperti Indonesia juga masih akan dilirik oleh asing, bahkan dianggap lebih menarik dibandingkan developing economies markets untuk aset-aset berisikonya.
Baca Juga: Reksadana saham menarik dilirik untuk jangka panjang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News