Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia data dan indeks pasar modal Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel, kembali merombak daftar saham Global Equity Index Asia Pacific ex Japan ex China Regional. Terdapat sembilan saham baru yang menjadi anggota indeks tersebut.
Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony menilai saham tersebut memiliki volume transaksi dan pergerakan harga yang tergolong stabil bahkan meningkat.
Baca Juga: Perang dagang yang makin panas bikin IHSG kebakaran
Adapun, saham yang masuk dalam indeks FTSE adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS).
PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Sitara Propertindo Tbk (TARA), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Soechi Lines Tbk (SOCI), dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP).
"Beberapa saham, secara fundamental, masih menarik untuk dibeli," ujar Chris saat dihubungi Kontan, Senin (26/8).
Baca Juga: Ini sembilan saham Indonesia yang masuk indeks FTSE Asia Pasifik per September 2019
Chris menyarankan untuk membeli saham ISSP dengan target harga Rp 150, SOCI dengan target harga Rp 260 dan SRIL dengan target harga Rp 500.
Sementara itu, analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai saham-saham tersebut memiliki likuiditas yang memenuhi standar FTSE. "Melihat beberapa saham seperti FREN bisa masuk," jelas dia.
Saham-saham yang masuk dalam indeks FTSE bisa dikatakan prospektif hanya saja dalam jangka pendek. Sebab, William bilang, sentimen indeks FTSE belum pernah sebesar sentimen indeks MSCI garapan negeri Paman Sam.
Dengan begitu, saham yang cukup prospektif dalam jangka pendek, dan disarankan untuk dibeli adalah FREN dengan target harga Rp 200, JPFA dengan target Rp 1.750, TARA dengan target Rp 1.000 dan SRIL dengan target Rp 356.
Kinerja Keuangan
Perusahaan tekstil terintegrasi SRIL pada semester satu ini mencetak kinerja yang kuat. SRIL mencatatkan penjualan perseroan naik 16,16% atau menjadi US$ 631,64 juta. Padahal pada semester satu di tahun sebelumnya, pendapatan hanya sebesar US$ 543,76 juta. Sehingga laba bersih juga mengalami peningkatan 12,3% yoy menjadi US$ 63,25 juta.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) anggarkan capex hingga US$ 600 juta
Saham lain yang disarankan Chris untuk dilihat fundamentalnya adalah ISSP. Adapun pendapatan ISSP pada semester satu tercatat sebesar Rp 2,29 triliun. Angka tersebut naik 10,1% yoy dari semester satu tahun lalu yang tercatat Rp 2,08 triliun. Kenaikan pendapatan tersebut diikuti kenaikan laba yang mencapai tiga kali lipat menjadi Rp 52,40 miliar. Padahal tahun sebelumnya tercatat hanya Rp 13,08 miliar.
Selanjutnya, SOCI mencatatkan pendapatan neto US$ 77,42 juta. Jumlah tersebut naik 31,13% bila dibandingkan semester satu tahun lalu yang tercatat US$ 59,04 juta. Kenaikan tersebut ikut mengerek laba hingga 147,03% menjadi US$ 9,98 juta. Dari yang sebelumnya tercatat hanya US$ 4,04 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News