Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjalanan investasi Founder dan CEO portal e-commerce Asuransiku.id Herdi Santoso bisa dibilang berubah dan berkembang seiring waktu, berdasarkan masa kehidupannya. Instrumen investasi presiden direktur PT Artha Bina Bhayangkara (ABB Insurance Broker) yang merupakan pengelola Asuransiku.id ini kian beragam sejalan dengan kemampuan finansial yang meningkat dan bertambahnya pengetahuan investasi.
Pengalamannya berinvestasi dimulai ketika Herdi baru memasuki dunia kerja, tepatnya pada tahun 1995. Kala itu, Herdi memulai investasinya di instrumen yang terbilang konservatif, yakni deposito dan instrumen keuangan perbankan lainnya yang cenderung aman dan memberikan imbal hasil pasti.
Kemudian, seiring bertambahnya modal dan pengetahuan, Herdi yang bekerja sebagai profesional di bidang asuransi mulai menjajal reksadana, tepatnya pada awal tahun 2000. Menurut dia, saat itu merupakan waktu yang tepat karena Indonesia baru saja lepas dan mulai pulih dari krisis moneter 1998.
Baca Juga: Menilik Portofolio dan Cara COO Pluang, Riadi Esadiputra Mengelola Investasi
Jadi, banyak produk reksadana yang bermunculan. Bahkan pemerintah turut menggalakkan masyarakat untuk berinvestasi. "Saya belajar dari acara-acara yang membahas peluang investasi, mengingat saya bekerja di perusahaan asuransi yang mana salah satu pemasukan operasionalnya berasal dari investasi," ucap Herdi.
Tak puas berinvestasi di reksadana, Herdi juga mencoba berinvestasi di saham. Pada mulanya, ia cenderung berinvestasi dengan horizon waktu jangka pendek (short term) alias trading saja.
Akan tetapi, belakangan ini, di tengah kesibukan pekerjaan dan pengembangan usahanya, Herdi tak punya cukup waktu lagi untuk trading jangka pendek. Alhasil, ia memilih berinvestasi di saham untuk jangka panjang.
Baca Juga: Nama GoTo Jadi Bahan Pompom Untuk Mengerek Harga Saham NETV, Faktanya Tak Ada Jaminan
Ia pun mengoleksi saham-saham blue chip terutama dari sektor perbankan dan barang konsumsi. Kedua sektor saham ini jadi favortinya karena memiliki bisnis dan produk yang tak lekang oleh waktu sehingga dapat terus mengikuti perkembangan zaman.
Selanjutnya, ketika Herdi berkeluarga, ia mulai menjajal investasi properti dengan membeli rumah kedua. "Awal punya satu rumah hasil kredit. Kemudian, dari bonus pekerjaan dan hasil investasi, saya mulai berani untuk nambah properti," kata Herdi.
Herdi bercerita, sekitar 15 tahun lalu, bisnis properti sedang booming di Indonesia dan permintaannya sangat tinggi. Herdi memanfaatkan momentum itu untuk membeli rumah dari pengembang, kemudian menjualnya kembali di second market sehingga mendapatkan capital gain.
Baca Juga: Pandemi Berkepanjangan, Saham-Saham Gocap Bertambah
Saat ini, properti milik Herdi ada yang berbentuk rumah, apartemen, dan ruko. Ada yang dijual kembali dan ada juga yang disewakan, tergantung dengan kondisi pasar. Menurutnya, properti dapat menjadi lahan investasi yang aman karena harganya cenderung tidak termakan inflasi.
Yang tak kalah penting, ketika sudah berkeluarga, Herdi juga mulai memikirkan pentingnya membeli asuransi, terutama asuransi jiwa.
Menurutnya, asuransi jiwa juga merupakan suatu investasi karena dapat menjaga stabilitas investasi yang sudah ada.
Sebagai contoh, dengan memiliki asuransi jiwa yang biasanya juga mencakup asuransi kesehatan, ketika dirinya butuh biaya pengobatan, maka ia dapat mengklaim asuransinya. Dengan kata lain, ia tak perlu menguras tabungan ataupun dana investasi lainnya untuk menutupi biaya pengobatan.
Menurutnya, asuransi jiwa sangat penting untuk seseorang yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Pasalnya, apabila tulang punggung keluarga tersebut meninggal dunia, maka keluarganya yang ditinggalkan dapat menerima uang asuransi sesuai dengan perjanjian yang tertera.
Baca Juga: Menimbang Cuan dan Risiko dari Hot Stock
Investasi di sektor riil
Tak hanya berinvestasi di instrumen keuangan dan properti, Herdi juga mencoba menanamkan modalnya di usaha-usaha riil. Jika ia menilai bisnis tersebut memiliki prospek yang bagus, Herdi akan ikut menyetorkan modalnya dengan berharap adanya imbal hasil yang lebih baik.
"Saya dan teman-teman pengusaha lainnya berinvestasi di perusahaan rintisan. Bukan hanya yang berbasis digital tapi di sektor riil juga bisa. Misalnya, sekarang banyak orang-orang kreatif yang menjual kaus dengan gambar-gambar unik yang memberikan value added," tutur Herdi.
Akan tetapi, menurutnya, untuk bisa berkecimpung ke jenis investasi tersebut, seseorang butuh berbagai macam wawasan dan pengalaman. Pasalnya, jenis investasi ini membutuhkan penilaian dan perhitungan prospek serta risiko yang lebih mendalam.
Baca Juga: Saham-Saham Teknologi Lesu, Diprediksi Tidak Akan Naik Setinggi Tahun Lalu
Kejeblos di saham IPO
Herdi bercerita pengalaman ruginya dalam berinvestasi di saham ketika ia masih sangat mengikuti emosi dan kurang berhati-hati. Suatu ketika, Herdi berinvestasi sekian ratus juta rupiah di saham yang baru IPO dengan tujuan trading. Tak lama, saham tersebut justru terus turun hingga harganya mentok di Rp 50 per saham.
Herdi mengaku, saat itu ia kurang memperhitungkan keberlanjutan bisnis serta prospek sektor usaha perusahaan yang bersangkutan. "Itu kerugian yang luar biasa. Dari ratusan juga rupiah tersisa belasan juta rupiah saja," ungkap Herdi.
Pria yang kini berusia 44 tahun ini mengimbau kepada investor pemula untuk banyak membaca dan mendengar, baik dari berita, laporan keuangan, seminar, pelatihan, maupun sumber-sumber terpercaya lainnya. Hal ini bertujuan supaya investor pemula dapat benar-benar tahu kondisi fundamental dari suatu saham atau perusahaan itu sendiri.
Di sisi lain, Herdi juga telah banyak mencicipi keuntungan investasi berupa capital gain dan adanya passive income. Menurutnya, semakin besar hasil investasi, maka stabilitas keuangan akan semakin aman serta daya beli tetap terjaga.
Baca Juga: Pencemaran Nama Baik, Selebgram Indra Kenz Laporkan Korban Penipuan Binomo Ke Polda
Salah satu hal yang menjadi motivasi Herdi untuk terus berinvestasi adalah kecintaannya pada dunia otomotif. Herdi senang dengan mobil-mobil keluaran baru berteknologi canggih. Ia mengisi waktu luangnya dengan pergi ke pameran mobil, membaca bacaan tentang otomotif, dan menonton konten otomotif di YouTube.
"Ada mobil-mobil tertentu yang harganya mahal. Nah, meningkatkan investasi bisa menjadi cara supaya bisa membeli mobil tersebut tanpa mengurangi tingkat kekayaan dan investasi," tutur Herdi.
Meskipun begitu, ia tidak serta merta terus mengorbankan investasinya untuk memenuhi keinginannya memiliki mobil tertentu. Menurutnya, semua keinginan juga harus dikontrol sehingga tidak sampai pada tahap terlalu konsumtif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News