kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fokus Pada Pertumbuhan Kredit, Begini Rekomendasi Saham BBRI dari Analis


Selasa, 18 April 2023 / 20:04 WIB
Fokus Pada Pertumbuhan Kredit, Begini Rekomendasi Saham BBRI dari Analis


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) diprediksi akan berfokus pada pertumbuhan pinjaman pada tahun 2023, seiring dengan dicabutnya pembatasan mobilitas. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo mengatakan, BBRI membukukan laba bersih Rp 51,2 triliun pada tahun 2022, naik 64,7% secara tahunan (year on year/YoY).

“Pertumbuhan laba bersih itu didapatkan dari pendapatan bunga bersih (NII) yang naik 9,2% YoY dan pendapatan non-bunga yang naik 16,7% YoY, serta beban provisi yang turun 23,5% YoY,” ujarnya dalam riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia tertanggal 9 Februari 2023.

Pada tahun 2022, pendapatan bunga tumbuh 5,8% YoY menjadi Rp 151,9 triliun, didukung oleh kinerja Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian.

Sementara itu, beban bunga turun sebesar 7,3% YoY karena didukung oleh pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) yang kuat dan penurunan cost of fund (CoF), terutama selama September 2022.

Baca Juga: Kredit Bank BNI (BBNI) Diproyeksikan Masih Tumbuh, Simak Rekomendasi Sahamnya

Lonjakan beban bunga BBRI pada kuartal IV 2022 diduga berkaitan dengan lonjakan rekening giro sebesar 42,4% secara kuartalan alias quarter on quarter (QoQ) yang berasal dari pencairan kompensasi pemerintah kepada BUMN, seperti Pertamina dan PLN, yang mengalir ke bank-bank BUMN, termasuk BBRI.

“Kelebihan dana ini akan ditempatkan dalam aset produktif di kuartal I 2023, yang akan membantu meningkatkan imbal hasil aset ke depan,” ungkapnya.

Handiman mengatakan, net interest margin (NIM) BBRI turun menjadi 6,8% pada tahun 2022, dari sebelumnya 6,9% pada tahun 2021. Penurunan itu disebabkan CoF yang lebih rendah dari 2,1% pada tahun 2021 menjadi 1,9% pada tahun 2022 diimbangi oleh hasil aset yang lebih rendah karena restrukturisasi pinjaman.

“Kredit tumbuh sebesar 9,2% YoY, didorong oleh segmen mikro yang tumbuh 13,9% YoY dan konsumer yang tumbuh 11,5% YoY,” paparnya.

Lalu, non performing loan (NPL) meningkat dari 3,1% di tahun 2021 menjadi 2,8% di tahun 2022.

Sementara itu, pinjaman yang direstrukturisasi akibat COVID-19 turun menjadi Rp 107,2 triliun atau sekitar 10,4% dari total pinjaman.

“Angka pinjaman itu turun secara signifikan dari Rp 157 triliun atau 16,6% dari total pinjaman pada tahun 2021,” tuturnya.

Namun demikian, level ini juga yang tertinggi di antara 4 bank besar Indonesia. Cost of credit (CoC) menurun tajam dari 3,4% pada tahun 2021 menjadi 2,5% pada tahun 2022 didorong oleh penyediaan yang dimuat di awal dalam 2 tahun terakhir.

“Hal positif lainnya adalah, pencadangan NPL/Loan at Risk (LAR) telah mencapai 291,5%/48,0%, yang kami yakini dapat melindungi bank dengan nyaman jika terjadi penurunan peringkat aset,” ungkapnya.

Handiman melihat, agenda utama BBRi di tahun 2023 adalah pertumbuhan pinjaman, mengingat mobilitas masyarakat yang semakin meningkat.

“Peralihan pinjaman dari KUR bersubsidi ke pinjaman Kupedes komersial juga akan meningkatkan imbal hasil pinjaman,” tuturnya.

Baca Juga: Daya Beli Membaik, Ini Prospek Sektor Consumer di Tahun 2023

Sementara itu, meskipun CoF lebih tinggi, proporsi CASA BBRI yang diprediksi lebih tinggi akan membantu meminimalisasi kenaikan CoF.

“Oleh karena itu, kami melihat NIM BBRI bisa naik pada tahun 2023. Namun, kami melihat ada keterbatasan ruang untuk peningkatan pendapatan dari sisi kualitas aset,” ungkapnya.

Pedoman BBRI di tahun 2023 untuk pertumbuhan pinjaman sebesar 10%-12%, NIM sebesar 7,7%-7,9%, dan CoC sebesar 2,2%-2,4%.

Handiman pun merekomendasikan beli untuk BBRI di tahun 2023 dengan target harga Rp 6.100 per saham.

“Risiko utama untuk BBRI di tahun 2023 adalah pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari perkiraan, ekonomi makro yang lebih lemah, dan kualitas aset yang memburuk,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×