Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Fitch melihat peluncuran proyek baru dengan target pasar kelas menengah dan berlanjutnya permintaan lahan industri akan mendorong tingkat marketing sales perumahan pada semester dua ini. Meskipun persaingan ketat pangsa pasar dapat memperlemah arus kas operasi perusahaan.
"Fitch percaya bahwa marketing sales yang lebih tinggi, berasal dari peluncuran produk pada semester dua," jelas Associate Director Fitch Ratings Singapore Bernard Kie dan timnya melalui rilis yang dikutip Kontan.co.id, Minggu (25/8).
Baca Juga: Ini dia tujuh rencana kebijakan perpajakan tahun 2020 mendatang
Produk residensial untuk kelas menengah merupakan segmentasi yang manis bagi pengembangan properti di Indonesia. Terutama karena meningkatnya permintaan dari pembeli rumah berpenghasilan menengah yang saat ini sedang berkembang. Bank Dunia mencatat segmen tersebut berjumlah 52 juta orang atau sekitar 20% dari total populasi di Indonesia.
Namun, ada risiko bagi pengembang yang memberikan jangka waktu panjang untuk pelunasan. Risiko tersebut terkait dengan kemampuan bersaing memperebutkan pangsa pasar. Sebab, ini bisa memperlemah arus kas operasi. Risiko tersebut akan lebih besar dialami oleh pengembang dengan produk high-rise.
Sementara itu Fitch juga mencatat penjualan lahan industri dari emiten yang diberi peringkat olehnya telah melonjak empat kali pada semester dua ini bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh meningkatnya aliran investasi ke Indonesia.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa investasi asing dan domestik naik 14% secara tahunan (yoy). Ini menjadi pertumbuhan tercepat dalam 13 kuartal terakhir.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) jual Lippo Mall Puri ke anak perusahaannya di Singapura
Fitch percaya stabilisasi lingkungan politik setelah selesainya pemilu, serta infrastruktur investasi dan insentif pajak yang direncanakan untuk industri padat karya dapat membawa kepercayaan investor baru dan mendukung permintaan untuk lahan industri.
Pada semester I-2019, marketing sales untuk 13 pengembang yang dilacak Fitch menurun 20% yoy pada semester I-2019 menjadi Rp 15,8 triliun. Ini sejalan dengan ekspektasi Fitch, terutama karena kurangnya peluncuran produk baru pada periode menjelang pemilihan presiden pada April lalu.
Akuisisi tanah untuk sejumlah pengembang juga melambat sebesar 60% yoy karena mereka fokus pada menjadi arus kas operasi. Akibatnya, leverage stabil di level 32% pada akhir kuartal II-2019 untuk 13 pengembang tersebut.
Baca Juga: Harga batubara melorot, United Tractors hanya jual 2.122 unit alat berat hingga Juli
Lebih lanjut, Fitch mencatat beberapa emiten berencana meluncurkan proyek baru untuk pangsa pasar kelas menengah di semester dua ini. Misal, Ciputra Development (CTRA, anggota indeks Kompas100) di daerah selatan Jabodetabek senilai Rp 600 juta hingga Rp 1,6 miliar per unit, dan Jababeka (KIJA) dengan produk rumah di atas tanah di daerah Jababeka senilai Rp 700 juta hingga Rp 800 juta per unit.
Kemudian, Modern Realty (MDLN) dengan properti high-rise di Jakarta Garden City sekitar Rp 1 miliar per unit, PT Pakuwon Jati (PWON, anggota indeks Kompas100) juga berencana mendirikan proyek baru high-rise di Bekasi sekitar Rp 600 juta hingga Rp 1,3 miliar per unit.
"Sebagian besar peluncuran ini berada di area yang kami yakini masih dalam tahap awal pengembangan perumahan," jelas dia.
Sedangkan untuk kota-kota yang lebih matang, Alam Sutera Realty (ASRI, anggota indeks Kompas100) berencana meluncurkan produk dengan harga yang lebih tinggi yaitu sekitar Rp 1,5 miliar hingga Rp 2,6 miliar per unit di daerah Alam Sutera.
Baca Juga: Buana Lintas Lautan (BULL) Mulai Mengembangkan Layar
Dan Bumi Serpong Damai (BSDE, anggota indeks Kompas100) dengan produk rumah di atas tanah di BSD City dengan harga sekitar Rp 1,4 miliar hingga Rp 3 miliar per unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News