Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sedang mencari obligasi korporasi untuk mengisi portofolio investasi? Bersiaplah! PT Federal International Finance (FIF) bakal menerbitkan surat utang senilai Rp 3,5 triliun.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, instrumen bertajuk Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap I Tahun 2017 mendapatkan rating AAA. Surat utang tersebut terbagi dalam dua seri.
FIF menetapkan kupon untuk obligasi seri A sebesar 7,35% per tahun, dengan total jumlah pokok sebesar Rp 1,42 triliun. Efek bertenor satu tahun ini akan kadaluwarsa pada 6 Mei 2018.
Seri B menawarkan kupon tetap 8,45% per tahun dengan total jumlah pokok Rp 2,07 triliun. Efek bertenor tiga tahun tersebut akan jatuh tempo pada 26 April 2020.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Lili Indarli berpendapat, obligasi ini bakal laris manis. Ia menilai kupon yang ditawarkan obligasi FIF ini cukup menarik.
Lili merinci, obligasi FIF seri A menawarkan kupon lebih rendah 8,49 basis poin (bps) dari yield wajar kelompok tersebut, yang sebesar 7,43%. Sedang seri B memberi kupon yang lebih tinggi 20,82 bps dari yield wajar 8,24%.
Oleh karena itu, Lili memprediksi investor akan lebih banyak menyasar seri bertenor tiga tahun, karena memberikan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi. Namun bukan berarti untuk tenor satu tahun bakal sepi peminat. "Karena jika dilihat dari seri-seri milik FIF yang beredar cukup likuid ditransaksikan," papar Lili, kemarin.
Data IBPA menunjukkan, dari awal tahun hingga akhir Maret 2017, total volume transaksi seluruh seri milik perusahaan ini tercatat sebesar Rp 1,31 triliun dengan transaksi 84 kali. Hal tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk masuk ke obligasi yang akan diterbitkan FIF.
Selain itu, fundamental dalam negeri juga positif, sehingga investor masih akan memburu surat utang ini. "Dengan asumsi makroekonomi tetap stabil, maka aliran dana asing di surat berharga negara (SBN) akan tetap mengalir deras," tambah Lili.
Tapi investor perlu mewaspadai adanya tekanan global yang akan menghantui surat utang dalam negeri. Seperti misalnya, rencana normalisasi neraca keuangan The Fed. Lalu, ada pernyataan dari para pejabat Amerika Serikat terkait dollar Amerika.
Trump menilai dollar AS sudah tinggi dan menginginkan The Fed mempertahankan suku bunga. Sedang Menteri Keuangan AS menilai sebaliknya. "Semua hal tersebut kembali menimbulkan tingginya ketidakpastian di pasar," tutur Lili.
Sekadar info, FIF telah menunjuk BCA Sekuritas, CIMB Sekuritas Indonesia, DBS Vickers Sekuritas Indonesia, Indo Premier Sekuritas, Mandiri Sekuritas, MNC Sekuritas dan Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi obligasi korporasi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News