Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) terpangkas hari ini (29/2). Koreksi terjadi lantaran sentimen data ekspor dari Malaysia yang menunjukkan lemahnya permintaan. Surveyor Intertek melaporkan, ekspor dari Malaysia turun 10,5% menjadi 1,18 juta ton sepanjang Februari, dibandingkan bulan sebelumnya mencapai 1,32 juta ton.
Kontrak CPO untuk pengiriman Mei di Derivatif Malaysia Exchange terpangkas 1,1% ke posisi RM 3.260 atau setara US$ 1.087 per metrik ton, sebelum diperdagangkan di RM 3.262 per metrik ton pada pukul 11.44 di Kuala Lumpur.
Meski begitu, kenaikan harga minyak sawit di sepanjang bulan ini merupakan yang terbesar dalam setahun terakhir. Kemarin, harga minyak sawit mencapai posisi tertinggi sejak 9 Juni lalu. Sepanjang bulan ini, CPO pun sudah melejit 6%. Ini performa terbaik sejak Desember 2010. Lonjakan harga terjadi karena produksi yang lebih rendah di Malaysia memicu kekhawatiran stok minyak nabati global bakal seret.
Pada 10 Februari lalu, Malaysian Palm Oil Board melaporkan, stok per Januari turun 2,4% menjadi 2,01 juta ton. Ini penurunan stok untuk bulan yang keempat. Sementara, produksi di Malaysia surut 13,9% menjadi 1,29 juta ton, lantaran periode Januari dan Februari merupakan musim panen yang rendah.
Alvin Tai, analis OSK Holdings Bhd. menyebut, masih di musim produksi yang rendah, maka sampai satu atau dua bulan ke depan, produksi masih akan mengecewakan. Dengan hasil produksi yang lebih rendah dan ekspor bertahan pada level saat ini, akan terjadi penurunan stok.
"Kalaupun, hari ini terkoreksi, bisa jadi karena aksi ambil untung setelah reli tajam selama empat hari sebelumnya," ujar Tai, di Kuala Lumpur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News