Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Efek sinyal perpanjangan stimulus yang dilontarkan Mario Draghi, Gubernur European Central Bank pada Kamis (22/10) lalu masih menyeret euro. Imbasnya, euro tumbang di hadapan the dollar Amerika Serikat.
Mengutip Bloomberg, Jumat (23/10) EUR/USD menukik tajam 0,82% ke level 1,1018 dibanding hari sebelumnya.
Adapun pada Kamis (22/10) lalu, Draghi melalui konferensi pers di Malta, Eropa Selatan menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan ekonomi Eropa saat ini perpanjangan stimulus akan menjadi pertimbangan. Yang mana hal tersebut akan dibicarakan pada rapat ECB Desember 2015 mendatang.
“Tentunya kekhawatiran tersebut semakin menambah kontras langkah moneter ECB dan The Fed,” kata Nizar Hilmy, Analis PT SoeGee Futures menganalisis pergerakan EUR/USD.
Sementara di sisi lain, meski pasar tidak lagi terlalu optimis dengan kenaikan suku bunga The Fed tahun 2015 ini namun peluang itu tetap terjaga di 2016 mendatang. “Sangat kontras tidak heran EUR/USD sempat terlempar ke level terendah 2 bulan,” tambah Nizar.
Meski pada Jumat (23/10) data manufaktur Perancis dan Eropa September 2015 terhitung positif, tapi hal itu tidak mampu mengangkat euro. Tercatat manufaktur Perancis naik dari 50,6 ke 50,7 serta Eropa bertahan di level 52,0.
“Padahal dengan manufaktur tetap di atas level 50 itu artinya ekonomi masih giat,” ujar Nizar. Hanya saja memang pertambahan masa penggelontoran QE ECB mendominasi pergerakan EUR. Apalagi data Flash Manufacturing PMI AS September 2015 membaik dari 53,1 menjadi 54,0. Mengesahkan keunggulan the greenback.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News