Reporter: Aris Nurjani | Editor: Handoyo .
"Kami memperkirakan pendapatan layanan seluler industri Indonesia (berdasarkan 3 Besar) telekomunikasi, yaitu TLKM, ISAT-H3I dan XL) tumbuh lebih kuat 4,4% pada 2022F, mengikuti perkiraan rebound 2,3% pada 2021F (2020: +0,6%)," ujar Foong
Steven mengatakan EXCL dan TLKM menjadi pilihan tetapi harus melihat kembali per emiten. "Misal, ISAT udah ending buat dividend yieldnya, kini, investor menantikan post-merger impact, sesuai ekspektasi ga dan TLKM kan MTEL udah IPO, jadi financing TLKM bisa terbuka lebar, sedangkan EXCL, next growth driver dari XL satu, tapi ga bisa berharap dari div.yield, sebab historisnya memang mini," ucap Steven
Foong memilih XL untuk pertumbuhan pendapatan yang kuat dan FY22F EV/OpFCF yang menarik valuasi, disusul oleh TLKM, LINK dan Smartfren (FREN).
"Saat kami melihat ISAT merger dengan H3I secara positif, kami memiliki peringkat Tahan di ISAT karena harga sahamnya meningkat secara substansial dan kami melihatnya tergelincir kembali ke kerugian bersih inti di FY22-23F," ucap Foong.
Steven menjadikan PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebagai top pick, lantaran TLKM sedang menunggu rilis hasil FY21 sebab TP sebelumnya udah terlampaui.
"Estimasi TP baru buat TLKM yaitu Rp 4800-4900 memfaktorkan ekspektasi inlinenya kinerja FY21, peningkatan marjin, ekspektasi longgarnya tingkat persaingan di industri seiring berkurangnya satu pemain," tutur Steven.
Baca Juga: Ini Strategi Mitratel Menembus Target Kenaikan Pendapatan 10% Tahun 2022
Steven merekomendasikan EXCL beli dengan target harga Rp 3.700. Alasannya seiring hasil FY21 yang relatif in-line dan profitabilitas yang baik, yang ditandai dengan peningkatan margin Laba Operasional dan margin Laba Bersih Normalisasi FY21 sebesar 62,6% YoY di tengah meningkatnya persaingan di industri.
"Di samping kemampuannya untuk secara signifikan menumbuhkan Laba Bersih, kami berpandangan bahwa akuisisi terhadap 66,03% saham LINK akan menjadi langkah selanjutnya untuk membawa visi perusahaan merintis layanan konvergensi pertama di Indonesia dengan produk 'XL SATU', yang menyatukan layanan internet berbasis serat optik dengan layanan berbasis seluler," ujar Steven
Sementara Paula memilih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). sebagai top pick. karena berfokus secara jangka panjang pada sejumlah faktor positif seperti Indihome sebagai market leader dengan skala ekonomis, Industri telekomunikasi yang lebih sehat setelah merger Indosat-Tri dan Neraca TLKM yang kuat.
Paula rekomendasi Buy untuk TLKM dengan target Buy di level Rp 5.000. Alasannya, sebagai market leader industri telekomunikasi di Indonesia.
Sedangkan Foong memilih PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebagai top pick dengan target Buy di angka Rp3.550, dengan alasan percaya XL Axiata bisa berada di posisi yang baik untuk memanfaatkan data Indonesia yang kuat potensi pertumbuhan penggunaan karena tingginya bauran pendapatan data dan eksposur di luar Jawa. Sebagai yang terakhir menuju profitabilitas, Margin EBITDA FY22-24F XL yang seharusnya terus melebar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News