Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Aspek non teknis juga tidak dapat dikesampingkan, yaitu terkait aspek penerimaan sosial masyarakat terhadap pertambangan dan aktivitasnya.
“Adanya perbedaan dan persaingan kompensasi harga di antara penambang rakyat serta masih maraknya illegal mining menjadi sengkarut yang tidak sederhana,”kata dia kepada Kontan.co.id.
Bersamaan, penjualan logam timah pada periode ini juga menurun 20% menjadi 15.325 metrik ton dari sebelumnya 19.059 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu.
Meski volume penjualan menurun, emiten pelat merah ini mencatatkan kenaikan harga jual rerata alias average selling price (ASP) logam timah pada sembilan bulan pertama 2022.
Adapun ASP yang direalisasikan TINS sebesar US$ 35.026 per metrik ton, naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 30.158 per metrik ton. Kenaikan ASP inilah yang menopang kinerja keuangan TINS.
Baca Juga: Bukukan Laba Rp 1,4 Triliun di Kuartal III 2022, Berikut Rekomendasi Saham TINS
Terakhir, ada ANTM yang juga mencetak kenaikan laba bersih dan pendapatan. Emiten pertambangan logam ini membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 2,63 triliun. Angka ini tumbuh 54% dari laba periode berjalan pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,71 triliun.
Dari sisi topline, emiten pertambangan pelat merah ini mencatatkan nilai penjualan sebesar Rp 33,68 triliun, tumbuh 27% jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 26,48 triliun.
Syarif Faisal Alkadrie, Corporate Secretary Aneka Tambang mengatakan, kontribusi pendapatan ANTM di periode sembilan bulan pertama 2022 didominasi oleh penjualan domestik yang mencapai Rp 26,96 triliun atau setara 80% dari total penjualan bersih.
Hal tersebut sejalan dengan strategi ANTM untuk mengembangkan basis pelanggan di dalam negeri, terutama pemasaran produk-produk emas, bijih nikel dan bauksit.
Per kuartal ketiga 2022, produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan dengan proporsi 70% terhadap total penjualan ANTM dengan nilai penjualan sebesar Rp 23,53 triliun.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Genjot Ekspansi Bisnis EBT
Dari sisi volume, penjualan logam emas ANTM mencapai 25,93 ton, tumbuh 31% jika dibandingkan capaian penjualan pada sembilan bulan pertama 2021 sebesar 19,87 ton.
Pada kuartal ketiga 2022 sendiri, ANTM mencatatkan penjualan emas sebesar 12,46 ton. Angka ini tumbuh 81% jika dibandingkan periode kuartal kedua 2022 yang hanya sebesar 6,89 ton. Dari sisi produksi, volume logam emas yang berasal dari tambang milik Antam mencapai 967 kg.
“Dengan tingkat harga logam emas global yang terjaga stabil serta peningkatan performa penjualan, Segmen Logam Mulia dan Pemurnian berhasil membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 1,75 triliun atau tumbuh 45% year-on-year ,”kata Syarif, Jumat (16/12).
Selain emas, penjualan feronikel merupakan kontributor terbesar kedua bagi pendapatan ANTM, dengan kontribusi sebesar Rp 4,91 triliun atau 15% dari total penjualan konsolidasian ANTM. Di posisi ketiga ada penjualan Bijih nikel dengan kontribusi penjualan sebesar Rp 3,56 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News