kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten Semen Mulai Diselimuti Angin Segar, Simak Rekomendasi Sahamnya


Senin, 27 Juni 2022 / 17:01 WIB
Emiten Semen Mulai Diselimuti Angin Segar, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Pekerja menyusun semen yang akan di kirim ke pemesan di disturbutor semen, Jakarta, Senin 913/3). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/13/03/2017.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah diterpa sejumlah sentimen negatif, industri semen kini mulai kedatangan sejumlah sentimen yang bisa mengangkat kinerja.  Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas mengidentifikasi beberapa perkembangan positif di sektor semen.

Sentimen ini terutama datang dari potensi diberlakukannya beberapa peraturan untuk menopang industri secara keseluruhan, yang merupakan kombinasi dari lonjakan harga batubara dan masalah kelebihan pasokan atau oversupply.

Selain penerapan harga batubara domestic market obligation (DMO) US$ 90 per ton untuk industri semen, Naufal melihat skema price capping melalui rencana pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) untuk mengatur pasokan batubara dalam negeri juga bisa berimbas baik bagi emiten semen.

Meskipun rencana awal skema ini hanya diperuntukkan kepada pembangkit listrik, dia melihat kebijakan ini dapat diperpanjang untuk industri semen. Dalam skema awal BLU, pembangkit listrik dan perusahaan semen akan membayar batubara dengan harga domestic price obligation (DPO) yang ditetapkan pemerintah, dan produsen batubara akan menjual batubara dengan harga pasar.

Baca Juga: Analis Rekomendasikan Saham Timah (TINS), Cermati Ulasannya

Nah, BLU akan menutupi kesenjangan harga melalui kontribusi yang dibayarkan oleh produsen batubara. Naufal memandang kebijakan ini lebih baik daripada hanya memberlakukan price cap.

Selain itu, potensi berlakunya rancangan undang-undang (RUU) Energi Baru Terbarukan (RUU EBT) diharapkan dapat meningkatkan persentase penjualan batubara DMO ke pembangkit listrik dan industri, dari yang saat ini 25% menjadi 30%.

“Melalui regulasi ini, kami berharap lebih banyak pemain semen memiliki peluang untuk mendapatkan batubara dengan harga yang dibatasi,” terang Naufal.

Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal menilai, salah satu sentimen positif dari industry semen adalah realisasi dari pembangunan infrastruktur, yang kemungkinan akan terjadi pada akhir tahun. Hal ini diharapkan bisa mengangkat permintaan semen.

Fauzan mengamini, saat ini pemenuhan batubara yang sesuai harga DMO memang sulit dicari oleh emiten seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). 

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Diuntungkan Pelemahan Rupiah, Simak Rekomendasi Sahamnya

“Untuk mendapatkan batubara yang sesuai harga DMO agak susah. Dan jika diperhatikan pada kuartal pertama kemarin level persediaan di pembangkit listrik sendiri agak rendah karena banyak yang cenderung diekspor,” terang Fauzan kepada Kontan.co.id, Senin (27/6).

Sebelumnya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengamini, sampai dengan saat ini Indocement masih terus bernegosiasi dengan para vendor batubara untuk mendapatkan harga yang sesuai dengan kebijakan DMO.

“Kami berharap pihak pemerintah terus melakukan pengawasan untuk memastikan semua pihak mendapatkan perlakukan yang sama dari harga DMO batubara ini,” terang Marcos kepada Kontan.co.id, Rabu (22/6).

 

Jika diakumulasikan sejak awal tahun sampai Mei 2022, total volume penjualan INTP mengalami penurunan. INTP tercatat menjual hampir 6 juta ton semen. Angka ini lebih rendah 3,22% dari pencapaian penjualan di periode yang sama tahun lalu  yang mencapai 6.2 juta ton.

Adapun penyebab penurunan volume ini terutama diakibatkan oleh adanya kenaikan harga jual yang dilakukan secara bertahap. Kenaikan harga jual ini sebagai konsekuensi dari kenaikan ongkos produksi, terutama akibat kenaikan biaya energi.

Naufal menilai, sepanjang tahun ini permintaan semen nasional dipengaruhi oleh penyesuaian harga yang dilakukan oleh pemain besar. Di sisi lain, pemain kecil masih berupaya menjaga volume penjualan. Sehingga, volume penjualan pemain besar cenderung menurun.

Para pemain kecil diuntungkan dari kondisi ini. Akan tetapi, Naufal menilai hal ini hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Sebab, pada akhirnya para pemain kecil juga perlu menutupi margin dengan menaikkan harga.

Sentimen positif lainnya untuk industri semen adalah kemungkinan pemberlakuan moratorium pabrik semen yang lebih ketat oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan semen yang terus berlanjut. Melalui moratorium ini, pembangunan pabrik semen baru akan dibatasi, sehingga membatasi risiko kelebihan pasokan. 

“Kami melihat moratorium ini bersifat positif bagi para pemain semen yang ada,” sambung Naufal.

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rating overweight di sektor semen seiring dengan adanya perkembangan positif terkait peraturan yang menopang industry ini. Selain itu, adapula potensi keuntungan pangsa pasar untuk jangka panjang karena para pemain kecil mulai menaikkan harga jual.

Naufal menilai, saat ini, valuasi saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan INTP juga masih sangat murah. Dia merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 11.600 dan beli saham INTP dengan target harga Rp 15.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×