Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten semen diproyeksikan menjadi salah satu emiten yang akan diuntungkan dengan adanya Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Tenaga Kerja Omnibus Law.
Hanya saja, Head of Equity Research Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto menilai omnibus law tidak berdampak langsung pada sektor semen. Menurut Helmy, omnibus law berpotensi mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia yang akan mendorong kebutuhan semen. Di sisi lain, semakin banyaknya investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) yang masuk akan menciptakan permintaan semen guna menyediakan sarana, prasarana, dan properti pendukung yang dibutuhkan.
Sektor semen, lanjut Helmy, memiliki kesiapan untuk memenuhi permintaan semen yang kuat sebagai hasil dari banyaknya FDI di tanah air. Adapun tingkat pemanfaatan (utilisasi) sektor semen berada di level 61% pada akhir tahun 2019 dan diperkirakan berada di kisaran 55% pada akhir tahun ini karena adanya pandemi.
Senada, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr juga menilai, pengesahan undang-undang sapu jagad mungkin belum dapat dirasakan oleh industri semen dalam jangka pendek. “Jika memang omnibus dapat mengundang FDI yang signifikan dalam jangka panjang tentu berimbas baik ke permintaan semen,” terang Zamzami, Minggu (11/10).
Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) sudah memenuhi 95% target penjualan tahun ini
Demikian juga tingkat bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang rendah serta relaksasi loan to value (LTV) yang dalam jangka pendek ini dinilai belum terlalu berdampak banyak terhadap permintaan properti. Akan tetapi, dalam jangka panjang diharapkan kebijakan ini dapat mendongkrak permintaan properti, sehingga pada akhirnya berimbas positif ke permintaan semen.
Meski secara musiman pertumbuhan penjualan semen pada semester kedua biasanya lebih baik dari semester pertama, hal tersebut nampaknya tidak berlaku untuk tahun ini. Zamzami mengatakan, selama periode Januari-Agustus 2020, terdapat penurunan konsumsi semen yang cukup dalam, yakni -9,3% secara tahunan.
Baca Juga: IHSG naik 2,58% dalam sepekan, asing masih net sell Rp 8,09 triliun
Kemungkinan, konsumsi semen pun masih akan tertekan, salah satunya dengan adanya hari libur Lebaran yang dipindah ke akhir Desember 2020. Ditambah, pemulihan ekonomi yang melambat juga akan memberatkan bisnis perusahaan semen tahun ini.
Dus, Zamzami memprediksi penurunan konsumsi semen domestik di tahun 2020 akan berada di kisaran -9% sampai -11% secara year-on-year (yoy).
Baca Juga: Sepekan di zona hijau, IHSG rawan profit taking pada Senin (12/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News