Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Emiten perikanan bergerak bagaikan ombak. Saham para emiten pengelola hasil laut itu tampak berfluktuasi tinggi dan kini ikut hanyut bersama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Fokus maritim tampaknya tak banyak mempengaruhi kinerja saham-saham perikanan. Harga saham emiten sektor ini memerah jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu.
Kemarin, harga saham PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) naik 7,14% ke posisi Rp 750. Emiten ini pernah mencapai posisi tertinggi di Rp 3.740 pada akhir Maret.
Saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) turun 1,44% ke Rp 137. Namun sejak awal tahun, saham DSFI telah memerah 30,5%. DSFI pun pernah menyentuh titik terendah di Rp 81 pada akhir April.
Saham PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) mentok di batas bawah Rp 50 sejak Juni. Sejak akhir tahun lalu, saham CPRO telah merosot 51,46%.
Kinerja emiten perikanan tak berkembang. Semester pertama, IIKP merugi Rp 7,23 miliar. Pendapatannya turun 14,15% ke posisi Rp 9,04 miliar. Kerugian CPRO membengkak dari Rp 107,66 miliar menjadi Rp 307,77 miliar. Padahal pendapatannya naik 10,76% menjadi Rp 4,63 triliun.
Hanya DSFI yang mampu mencatatkan lonjakan laba 87,79% dari Rp 4,26 miliar jadi Rp 8 miliar. Pendapatannya naik 36,82% ke posisi Rp 294,54 miliar.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan, secara fundamental, kinerja emiten sektor perikanan kurang memuaskan. "Tragis. Kita negara kepulauan tapi kondisi sektor perikanannya seperti itu," kata Kiswoyo.
Kiswoyo melihat, ketika Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terpilih, saham sektor perikanan terkena sentimen positif. Tapi, lama kelamaan sentimen ini tak mampu lagi menerbangkan saham perikanan.
Menurut dia, sektor perikanan sebenarnya masih berpotensi bangkit. Namun, kini kinerja mereka suram. Ia mencermati, tak ada perusahaan sektor perikanan besar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pasar modal akan kedatangan calon emiten yang bergerak di sektor perikanan dan tambak udang, PT Dua Putra Utama Makmur (DPUM). Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menyebut, ekuitas DUPM di atas Rp 100 miliar. Kiswoyo memperkirakan, pergerakan saham DUPM akan serupa dengan emiten lain di sektor ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News