Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sejak pertengahan Agustus lalu, pasar modal sepi aksi penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). Tapi, jangan mewek, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mengantongi 10 nama calon emiten yang akan melantai pada penghujung tahun.
Ada empat nama baru yang telah masuk ke pipeline BEI. Pertama, perusahaan pengolahan ikan dan udang PT Dua Putra Utama Makmur (DUPM). Perusahaan ini akan melepas sekitar 41% saham, dengan target dana sekitar Rp 500 miliar. Perusahaan ini menggunakan buku Juni sebagai dasar valuasi. Penjamin emisinya adalah Sucorinvest Central Gani, BNI Securities, dan DBS Vickers Securities.
Kedua, PT Indonesia Pondasi Raya yang akan melepas 15% saham ke publik. Perusahaan yang berdiri 1977 ini fokus bergerak di bidang konstruksi pondasi. Ketiga, PT Summarecon Investment Property yang mengincar dana Rp 2,6 triliun.
Keempat, perusahaan manufaktur yang akan melakukan mini expose pekan ini. "Mereka menggunakan dasar buku Juni," ucap Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat. Sebelumnya, BEI mencatat enam calon emiten. Yakni: PT Victoria Insurance yang akan melepas 20%-25% saham dengan dana Rp 40 miliar; PT Internux yang mengincar dana Rp 750 miliar dari penjualan 20%-25% saham; PT Vallianz Offshore Maritim yang akan mencatatkan 15%-20% saham publik; relisting PT Media Komunikasi Nusantara Korporindo.
Lalu ada Kino Corporation atau PT Duta Lestari Sentratama akan melepas 16% saham dengan target dana US$ 150 juta. Lalu PT Radio Mahaka Integra yang menggarap radio Gen FM dan Jak FM akan melepas 30% saham publik ke pasar.
Dari semua nama itulah Samsul memperkirakan ada 10 emiten yang akan terdaftar di pasar modal. Sejak awal tahun, terdapat 12 emiten yang telah melangsungkan IPO. Samsul memperkirakan, BEI bisa mengumpulkan 22 IPO emiten di tahun ini. Dus, angka tersebut lebih rendah ketimbang realisasi tahun lalu sejumlah 24 emiten.
Sekadar informasi, dua perusahaan telah menyatakan batal IPO tahun ini. PT Gelombang Seismic gagal melenggang karena tak memperoleh restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara PT Ciputra Residence menunda IPO lantaran kondisi pasar yang fluktuatif.
Begitu pula PT Hutama Karya Realtindo yang menunda rencana melantai di bursa tahun depan. Jumlah target dana Rp 1,2 triliun-Rp 1,5 triliun. Samsul menyebutkan, anak usaha PT Hutama Karya itu belum menyampaikan niatannya ke BEI.
Kepala Riset OSO Securities Supriyadi memperkirakan, aksi IPO akan lancar dengan membaiknya pasar di kuartal IV-2015. Jika pemerintah menggeber kucuran belanja, perusahaan infrastruktur dan konstruksi akan kebanjiran dana. Ada pula siklus tahunan; kinerja indeks menanjak di kuartal keempat. "Perlu dilihat 10 emiten itu sektor apa. Pertambangan sulit melaju, kecuali ada market maker. Sedangkan konsumer, infrastruktur, dan konstruksi relatif bisa menguat," ucapnya.
Supriyadi memperkirakan, sentimen pelemahan nilai tukar rupiah bisa membebani pergerakan IHSG ke depan. Supriyadi memprediksi, IHSG akan tutup di kisaran 4.800-5.100 pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News