Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Emiten perkebunan menghadapi berbagai tantangan berat tahun ini. Harga crude palm oil (CPO) turun 21,49% sejak akhir tahun. Cuaca panas akibat El Nino pun turut menyulitkan perusahaan kebun sawit. Alhasil, ekspansi lahan para produsen kelapa sawit pun cenderung melambat.
Tengok saja, beberapa emiten mengerem penanaman lahan baru. Emiten sawit PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) memproyeksikan penanaman sekitar 1.700–1.800 hektare (ha) lahan baru sampai kuartal ketiga. Penanaman lahan ini tersebar di beberapa kebun BWPT di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Namun, penanaman lahan baru tersebut jauh dari target perseroan yang sekitar 5.000–10.000 ha lahan.
"Kondisi ekonomi makin lama makin berat. Sekarang lebih baik konservatif dibanding menganggarkan terlalu banyak untuk penanaman," kata Rudy Suhendra, Sekretaris Perusahaan BWPT, kepada KONTAN. Rudy menyadari bahwa kondisi ini dialami oleh seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit.
PT Sampoerna Agro Tbk pun mengalami hal yang sama. Tahun ini, emiten yang memakai kode SGRO ini menargetkan penanaman lahan baru kelapa sawit sekitar 5.000–10.000 ha. Tapi, realisasi penanaman diprediksi akan berada di batas bawah. "Penanaman saat El Nino tidak efektif, karena lahan sedang kering" ujar Michael Kesuma, Investor Relation SGRO.
Pada tahun lalu, SGRO mampu menanami sekitar 8.000 ha lahan baru. Michael menyebut bahwa realisasi penanaman lahan baru di tahun ini akan lebih rendah ketimbang tahun lalu. Bahkan, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pun telah mengurangi target penanaman lahan barunya di tahun ini.
Pada 2014 silam, AALI melakukan penanaman lahan baru seluas 18.000 ha. Sedangkan di tahun ini, AALI memproyeksikan penanaman lahan barunya akan kurang dari 10.000 ha.
Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) Djojo Boentoro pun pernah menyebut bahwa DSNG cenderung memperlambat penanaman lahan baru. Oleh karena itu, DSNG memilih pertumbuhan anorganik untuk ekspansinya. Saat ini, DSNG tengah menunggu situasi untuk mengakuisisi lahan. Begitu juga dengan PT PT Sawit Sumber Mas Sarana Tbk (SSMS) yang berencana mengakuisisi lahan baru.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe juga menyebut bahwa perlambatan penanaman lahan ini disebabkan oleh faktor biaya tanam yang naik dan terbatasnya lahan, selain faktor cuaca. Dengan kondisi ini, Kiswoyo melihat emiten sebaiknya menahan ekspansi. "Tapi di tahun depan atau dua tahun lagi, mereka harus mengebut penanaman lahan baru," kata Kiswoyo.
Akhir pekan ini, saham emiten perkebunan menghijau 3,96%. Namun sejak awal tahun, harga masih tertekan 29,11%. Kiswoyo menyarankan beli PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp 1.900 dan BWPT dengan target Rp 500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News