kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -33.000   -1,68%
  • USD/IDR 16.605   3,00   0,02%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

Emiten Sektor Konsumer Menadah Berkah Tahun Pemilu


Minggu, 11 Desember 2022 / 19:33 WIB
Emiten Sektor Konsumer Menadah Berkah Tahun Pemilu
ILUSTRASI. Emiten sektor konsumer bersiap menadah berkah di tahun 2023. Agenda kampanye pemilihan umum (pemilu) dan turunnya harga bahan baku diyakini bakal mengangkat tingkat konsumsi.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor konsumer bersiap menadah berkah di tahun 2023. Agenda kampanye pemilihan umum (pemilu) dan turunnya harga bahan baku diyakini bakal mengangkat tingkat konsumsi.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto dalam riset tanggal 29 November 2022 mengatakan, dua tahun menjelang masa pemilu biasanya perusahaan konsumer membukukan pertumbuhan yang stabil. 

Seperti diketahui, Indonesia akan mengadakan pemilihan parlemen dan presiden pada 14 Februari 2024. Masa kampanye resmi akan berlangsung mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024.

Natalia optimis, emiten sektor konsumer akan terus mendapatkan keuntungan dari kegiatan ekonomi yang kembali normal, pertumbuhan ekonomi yang solid, serta lebih banyak omzet menjelang periode pemilihan.

Hal itu karena berkaca pada kinerja perusahaan konsumer di tahun-tahun pemilu yang silam. Pada tahun 2009, pendapatan dari emiten konsumer tumbuh sebesar 14,2% sebelum pemilu.

Kemudian pada tahun 2014, perusahaan konsumer melaporkan pertumbuhan yang lebih kuat sebesar 16%. Hanya Pemilu 2019, pertumbuhan perusahaan konsumer sebelum pemilu melemah menjadi 7,3%.

"Momentum pemilu seharusnya menjadi dasar kuat bahwa akan ada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan daya beli yang kuat," imbuh Natalia dalam riset.

Baca Juga: Terdampak Efek Pemilu, Berikut Rekomendasi Saham Sektor Konsumsi

Katalis tambahan juga datang dari adanya kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2023. Kemampuan daya beli dapat melengkapi perputaran uang yang beredar dari agenda pemilu.

Pemerintah sendiri telah memutuskan untuk meningkatkan upah minimum maksimal 10% year on year (yoy) di tahun 2023. Pertumbuhan upah minimum tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan dalam 5 tahun terakhir sekitar 6% yoy.

Natalia berujar, berkah tersebut bakal semakin dinikmati emiten konsumer karena harga komoditas perlahan melandai. Pada Oktober 2022, harga crude palm oil (CPO) dan gandum melemah dari puncaknya pada April 2022. Sementara harga minyak mentah masih berkisar US$ 90-100 per barel.

Sebagai penerima manfaat utama, hal ini menguntungkan perusahaan konsumer dari sisi perbaikan marjin di kuartal IV-2022. Sehingga, harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) dapat kembali dikendalikan.

"Untuk tahun 2023, penyesuaian ASP dapat dilakukan dengan harapan bahwa harga komoditas bisa lebih stabil. Dengan demikian akan menjadi pendorong pertumbuhan laba yang lebih kuat," tutur Natalia.

Meskipun sulit diprediksi, namun Analis Mirae Sekuritas Christine Natasya mencermati harga komoditas dapat turun dari level harga di tahun 2022 karena kesenjangan penawaran-permintaan kemungkinan akan surut. Kenaikan harga komoditas memang masih menjadi risiko, namun bisa dinormalisasi .

"Kondisi tekanan dari tingginya input biaya bahan baku tersebut secara bertahap bisa menjadi lebih baik di tahun 2023 seiring dengan pemulihan ekonomi yang seharusnya pertanda bagus untuk penjualan perusahaan konsumer," tulis Christine dalam riset, (28/11).

Sementara normalisasi harga komoditas dengan ASP yang lebih tinggi di tengah meningkatnya inflasi akan menghasilkan kenyamanan margin bagi perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Christine tak menampik bahwa kinerja perusahaan konsumer Indonesia memang berkaitan erat dengan harga komoditas global, terutama bahan mentah .

Sejak kuartal ketiga tahun 2021 hingga kuartal kedua 2022, ada kenaikan signifikan di beberapa komoditas harga. Kenaikan tersebut masih memberikan tekanan pada margin laba perusahaan konsumen, meskipun sudah melemah di kuartal ketiga 2022.

Mirae Asset Sekuritas memperkirakan harga rata-rata CPO di tahun 2023 bakal turun menjadi MYR 3.900 per ton, lebih rendah dari posisi saat ini sebesar MYR 5.276/ton . Optimisme itu menakar adanya kemungkinan berakhirnya La Nina di awal tahun 2023 yang akan berdampak pada normalisasi produksi dan meningkatkan hasil panen.

Analis Pilarmas Investindo Desy Israhyanti turut melihat peluang sektor konsumer akan diuntungkan di tahun 2023. Di samping adanya tahun politik, harga beberapa bahan baku trennya sudah melandai seiring jalur ekspor yang dibuka.

Sebenarnya, Desy melihat pemulihan yang lebih cepat bagi sektor konsumer di akhir tahun ini. Sebab, momentum natal dan tahun baru (nataru) dianggap bisa mengangkat tingkat konsumsi masyarakat.

"Tetapi, nampaknya peningkatan konsumsi akan terbatas karena menimbang kondisi harga yang masih terlampau tinggi bagi konsumen di lapisan tertentu," ucap Desy kepada Kontan.co.id, Minggu (11/12).

Sementara dari sisi risiko, Desy menyebut sektor konsumer masih dibayangi oleh perang yang semakin memanas. Konflik geopolitik tersebut juga berimbas pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang global.

Baca Juga: Intip Prospek Emiten Barang Konsumsi Tahun Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×