Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Alhasil, pertumbuhan kinerja juga ACES rasakan dengan dari pos pendapatan yang tumbuh 15,7% ke Rp 5,97 triliun di periode yang sama. Sementara, laba juga naik 4,27% ke Rp 727 miliar.
Namun, pola perubahan belanja dari offline ke online menjadi tantangan utama peritel fesyen yang menyasar pangsa pasar ekonomi menengah ke bawah.
Tercatat, pendapatan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) terkoreksi tipis 2% menjadi Rp 4,43 triliun di periode yang sama. Namun, pos laba bersih naik 16,3% menjadi Rp 607 miliar.
Tak jauh berbeda, pendapatan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) hanya naik tipis 0,67% di periode yang sama jadi Rp 7,83 triliun. Sementara laba tercatat turun 20,6% ke Rp 1,19 triliun.
Menurut Chirstine produk yang dijual LPPF dan RALS tidak memiliki perbedaan khusus yang bisa dijadikan daya tarik bila dibandingkan dengan produk yang dijual secara online.
"Sekarang intinya di sektor ritel go unic agar kinerja keuangan tetap positif," kata Christine.
Baca Juga: Menanti window dressing, simak rekomendasi dari analis berikut
Kenaikan premi BPJS Kesehatan dan listrik Christine katakan bisa menambah tantangan bagi kinerja industri ritel yang menyasar pangsa pasar ekonomi menengah ke bawah.
"Konsumen menengah atas punya daya beli tinggi yang tidak rentan pada penurunan ekonomi, sementara konsumen menengah ke bawah rentan terpengaruh bila kebijakan subsidi dikurangi atau dicabut," tambah Rendy.
Ekspansi
Rendy memproyeksikan meski secara umum kinerja keuangan industri ritel cenderung melambat dibanding tahun lalu, tetapi melihat rencana ekspansi emiten di sektor ini membuat prospek sektor ini bisa tumbuh positif di tahun depan.
"Ekspansi yang cukup ekspansif berdampak positif pada kinerja keuangan di tahun depan, pendapatan bisa lebih tinggi dari tahun ini apalagi setelah ketidakpastian akibat kondisi politik semakin mereda," kata Rendy.
Baca Juga: Kinerja Keuangan Produsen Beras Topi Koki Masih Melaju