Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, pasar bersiap menyambut sentimen window dressing yang secara historis disebut-sebut mampu mendongkrak pergerakan IHSG dua kali lipat lebih tingga secara month to month dari November ke Desember.
Sayangnya sentimen yang ditunggu pasar ini menurut Head of Research Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe hingga saat ini belum dirasakan oleh pasar. Kiswoyo menilai, sentimen ini secara historis baru akan mulai muncul di akhir bulan November
Kiswoyo menuturkan terdapat tanda jika market sudah terimbas sentimen window dressing di antaranya seperti penguatan IHSG.
"Tanda-tandanya sebetulnya itu harga IHSG sudah naik, tapi kalau sekarang masih terlalu jauh karena window dressing ini baru Desember. Akhir November baru keliatan dan anggap saja naiknya sampai ke 6.500-an, nanti itu turun lagi baru naik lagi," ujar Kiswoyo.
Baca Juga: Dua analis ini rekomendasikan saham-saham berikut, di tengah maraknya aksi jual asing
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menuturkan sentimen window dressing didorong oleh beberapa hal seperti, peningkatan produktivitas emiten.
"Kami menilai hal ini terjadi karena adanya satu, pendistribusian alokasi budget baik dari institusi pemerintah maupun swasta, Kedua, peningkatan produktivitas oleh emiten dan ketiga Untuk memperbaiki kinerja portofolio asset management sebelum dipresentasikan kepada calon investor. Jika dilihat dari heatmap JCI Index selalu hijau di bulan Desember dan mulai memerah kembali di Februari atau Maret," Tutur Cathy yang dihubungi Kamis (31/10).
Kiswoyo menuturkan untuk memilih saham yang menarik untuk diakumulasikan menjelang window dressing dapat dilakukan dengan cara membandingkan harga saham tahun ini dengan penutupan tahun sebelumnya.
Sementara Cathy menilai saham-saham di sektor keuangan dan consumer menjadi dua sektor yang menjadi target akumulasi investor menjelang window dressing.
Pasalnya kedua sektor ini menyumbang proporsi penggerak IHSG terbesar yakni sebesar 33,15% dan dan 16.93%.
"Dari sektor finance tentu biasanya karena bank ingin menutup buku dengan performa yang baik sementara dari sektor consumer karena adanya peningkatan konsumsi dan pembelian seiring dengan hari raya Natal," tambah Cathy
Sentimen window dressing menurut Kiswoyo akan berlangsung sepanjang akhir November hingga akhir Desember.
Baca Juga: Jadi penahan turunnya IHSG, analis menilai sejumlah saham ini masih prospektif
Menyambut window dressing, Cathy menyaran investor ritel agar melakukan profit taking.
Analis Bina Artha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan terdapat banyak sektor yang juga menarik untuk diakumulasikan dalam periode window dressing.
"Sektor finance ada BBRI, BMRI, BBNI, BBTN, dan BBCA itu juga menarik untuk dicermati. Kemudian kalau dari sisi infrastruktu bisa mencermati TLKM , kemudian ada juga WIKA, WSKT, ADHI itu juga menarik di cermati. Untuk industri dasar dan manufaktur bisa mencermati ASII ada juga WSBP, WTON. Kemudian sektor konsumer , sektor ini penting ada HMSP, GGRM, UNTR, lalu ada sektor pertambangan itu juga masih menarik potensial ADRO, PTBA itu juga menarik dicermati dan INCO juga menarik. Kelihatannya si itu yang saya pikir paling penting. Memang potensial kalau window dressing bisa dimanfaatkan dengan baik,"kata Nafan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News