Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor ritel masih menggantungkan harapan pada kenaikan daya beli masyakarat. Beberapa momentum akbar di kuartal kedua tahun ini berpotensi mengerek prospek bisnis dan saham emiten ritel.
Analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman menilai, emiten ritel yang membidik konsumen kalangan menengah atas seperti Mitra Adiperkasa (MAPI) dan Ace Hardware Indonesia (ACES) cenderung memiliki kinerja bagus di kuartal pertama lalu. Hal tersebut tak lepas dari mulai menguatnya daya beli masyarakat menengah atas.
MAPI, misalnya, meraih pendapatan Rp 4,31 triliun di kuartal I-2018. Jumlah ini tumbuh 19,39% dibandingkan pendapatan kuartal I-2017. Sedangkan laba bersihnya melonjak 499,19% year-on-year (yoy) menjadi Rp 351,19 miliar pada kuartal I-2018.
Sebaliknya, daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah masih cenderung tertekan. Hal ini terefleksikan pada kinerja Ramayana Lestari Sentosa (RALS) yang mengincar segmen pasar tersebut.
Memang, laba bersih RALS menanjak 411,14% (yoy) menjadi Rp 14,67 miliar pada kuartal I-2018. Akan tetapi pendapatannya menyusut 1,86% (yoy) menjadi Rp 1,05 triliun.Dari sini, terlihat RALS lebih mengandalkan efisiensi. Selain disebabkan daya beli yang masih rendah, efek penutupan sejumlah gerai pada tahun lalu membuat kinerja RALS belum memuaskan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menambahkan, kalaupun ada peningkatan daya beli masyarakat di kalangan tertentu, prospek emiten ritel masih tertahan inflasi Indonesia yang rendah. Sebab, inflasi yang rendah memaksa peritel terus menjual produk dengan harga rendah. “Secara volume, sebenarnya mengalami peningkatan jumlah konsumen. Tapi, harga produk yang rendah menekan emiten dari sisi keuntungan,” ujar dia, Jumat (4/5) lalu.
Adeline sepakat inflasi yang masih rendah membuat emiten ritel kesulitan menaikkan harga jual produknya. Namun, di sisi lain, meningkatnya inflasi bukan pertanda bagus bagi emiten ritel jika tak diimbangi peningkatan daya beli masyarakat. Ini mengingat harga jual produk akan melambung.
Selain itu, tren pelemahan rupiah menjadi tantangan bagi emiten ritel. Pelemahan itu umumnya berakibat pada peningkatan nilai cost of goods sold (COGS) yang diperoleh dengan cara impor. Imbasnya, pendapatan emiten ritel dengan kebutuhan impor tinggi terancam tertekan.
Meski begitu, Adeline bilang emiten yang berorientasi pada konsumen menengah ke bawah, seperti RALS dan Matahari Department Store (LPPF), relatif tidak terlalu terpapar dampak pelemahan rupiah. “Emiten ini tak memiliki banyak pengeluaran yang menggunakan valuta asing,” kata dia, Jumat lalu.
Dua momentum
Vice President Research Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, meyakini, kinerja emiten ritel masih bisa meningkat di kuartal kedua. Adanya momentum Idul Fitri hingga ajang Asian Games menjadi katalis positif bagi emiten ritel.
Keberadaan dua momentum akbar itu menumbuhkan persaingan para pemain ritel. Hal ini tercermin dari gencarnya peritel menggelar pesta diskon hingga peluncuran produk baru ketika menyambut momentum tersebut.
William pun menyebut, batas antara konsumen masyarakat kelas menengah atas maupun sebaliknya dapat memudar ketika emiten ritel berlomba-lomba memberi diskon. “Masyarakat kelas menengah ke bawah juga bisa berbelanja di toko-toko yang high class jika harganya terjangkau bagi mereka,” ungkap dia, Jumat lalu.
Di samping itu, inovasi pada produk dan kreativitas berpromosi dinilai dapat menjadi faktor pembeda bagi keberhasilan emiten ritel di masa mendatang. Terlebih lagi, kehadiran pemain ritel yang menjual produknya lewat dunia maya membuat persaingan di sektor ini kian sengit.
William menjagokan MAPI dan ACES sebagai emiten ritel yang kinerjanya berpeluang bagus di tahun ini. Dia merekomendasikan hold saham kedua emiten tersebut.
Adeline juga memfavoritkan MAPI dan ACES dengan rekomendasi buy dan target masing-masing Rp 10.000 dan Rp 1.550 per saham.
Sebaliknya, Christine lebih menjagokan RALS karena momentum Idul Fitri dapat mengerek permintaan produk RALS di kalangan masyarakat menengah bawah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News