Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pertumbuhan bisnis properti masih berjalan lambat pada tahun lalu. Hal ini tercermin dari laporan keuangan emiten properti di sepanjang 2016. Bahkan, ada sejumlah emiten properti besar yang mencatatkan penurunan laba bersih.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), misalnya, mencatat penurunan laba bersih 16% year-on-year (yoy) jadi Rp 1,80 triliun. Laba bersih PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) malah merosot 63,56% jadi Rp 311,67 miliar.
Tapi, ada juga emiten properti yang masih bisa meraih pertumbuhan laba. Malah laba bersih Sentul City (BKSL) naik 11 kali lipat menjadi Rp 564 miliar. Sepanjang 2015, BKSL meraih laba bersih Rp 50 miliar.
Presiden Direktur BKSL Keith Steven Muljadi menyatakan, kinerja BKSL didukung penyerahan unit dan penjualan block sales, sehingga menunjang laba bersih. Ada indikasi pasar properti kembali tumbuh bagus. "Juga karena pertumbuhan properti mengarah ke Selatan," kata Steven ke KONTAN, Selasa (4/4).
Di kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan marketing sales diprediksi tak signifikan. Tapi Steven yakin di semester kedua bisnis properti akan pulih.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, meski pemerintah memberikan insentif ke sektor properti, hal itu justru tak dirasakan oleh konsumen. Di sisi lain, lesunya daya beli masyarakat turut mempengaruhi bisnis properti. "Emiten properti harus berupaya meningkatkan penjualan di tengah belanja masyarakat yang terbatas," kata Reza, akhir pekan lalu.
Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji berpendapat, meski permintaan properti masih lemah, tetap ada ruang pertumbuhan marketing sales di tahun ini. "Terutama landed house dan apartemen. Selain ada kebutuhan yang masih tetap tinggi (backlog), juga stimulus pemerintah pada 2016," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News