Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Program amnesti pajak yang diprediksi bakal mengerek kinerja emiten sektor properti tak berdengung lagi. Program ini ternyata tak banyak berpengaruh bagi sektor properti.
Sejumlah pengembang properti menyebutkan, amnesti pajak tak berpengaruh terhadap penjualan properti. "Amnesti pajak belum ada pengaruh," ungkap Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) kepada KONTAN, Rabu (15/2).
Dia juga tak terlalu optimistis dengan efek amnesti pajak. Saat ini, harapan DILD tertambat pada hasil pemilihan umum kepala daerah (pilkada) di 101 daerah di Indonesia. "Kami masih optimistis. Semoga hasil pilkada baik dan kestabilan dapat terjaga," kata Theresia.
Tak jauh berbeda dengan DILD, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga melihat efek amnesti pajak yang digadang-gadang bakal mengerek penjualan properti, nyatanya belum terlihat. Meski ada kenaikan, angkanya belum signifikan.
Agung Wirajaya, Assistant Vice President Strategic Marketing Residential APLN menyatakan, penjualan properti tumbuh sekitar 5% pasca amnesti pajak. "Jadi belum terasa, belum signifikan dan belum seperti yang kami harapkan," ujar Agung kepada KONTAN, Selasa (14/2).
Pajak tanah
Meski demikian, APLN menyiapkan strategi khusus menghadapi tantangan tahun ini, terutama wacana pengenaan pajak atas tanah. Manajemen berharap pajak tanah ini tak direalisasikan.
Saat ini APLN menyusun strategi demi menghadapi wacana ini. "Ruang gerak investor jadi terbatas, walau bagaimana pun di sektor properti banyak investor yang bermain," kata Agung.
APLN akan lebih fokus membidik end user dibandingkan dengan investor. Agung Podomoro juga mencoba mengedukasi end user bahwa mereka bisa bertindak sebagai investor.
DILD pun meyakini pemerintah akan berpihak pada industri properti. "Sesuai pernyataan pak Sofyan Djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia), kami yakin pemerintah tidak akan membuat kebijakan yang mendistorsi industri." kata Theresia.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, sejak awal amnesti pajak tidak akan menggerakkan bisnis properti secara instan, tetapi memerlukan proses. Ia juga melihat efek amnesti pajak ke sektor riil tak berlangsung secara cepat.
Reza menyebutkan, suku bunga perbankan masih tinggi sehingga masyarakat enggan membeli properti. Untuk jenis properti, rumah tapak masih menjadi andalan. "Pilihan masyarakat masih landed house. Untuk high-rise, biasanya orang lebih memilih berinvestasi," ungkap Reza kepada KONTAN, kemarin.
Mengenai rekomendasi saham, Reza merekomendasikan trading buy untuk APLN dan DILD. Menurutnya, target harga APLN adalah Rp 320 per saham, DILD di harga Rp 515 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News