Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sejumlah emiten properti tetap berekspansi. Di tengah bergulirnya wacana aturan pajak progresif atas tanah, emiten properti mengalokasikan dana untuk memperluas cadangan lahan (land bank) pada tahun ini.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), misalnya, menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2017 Rp 3 triliun-Rp 4 triliun. Sebagian dana dialokasikan untuk menambah land bank.
"Kami akan menggunakan sekitar Rp 1 triliun untuk pembebasan lahan. Adapun sisanya untuk konstruksi office building dan mal," ujar Hermawan Wijaya, Direktur BSDE, Selasa (21/2) lalu. Dengan dana Rp 1 triliun, menurut Hermawan, BSDE bisa membebaskan lahan sekitar 100 hektare (ha).
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga siap memperluas land bank. "Untuk perusahaan properti, tanah adalah bahan baku dan di Indonesia tanah bukan milik pemerintah. Tanah harus dibeli oleh individual pemilik tanah dan memakan waktu," ungkap Harun Hajadi, Direktur CTRA kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan catatan KONTAN, CTRA mengalokasikan belanja modal Rp 1,5 triliun di tahun ini. Sebesar 50% capex akan dipakai untuk menambah land bank dan separuh capex untuk mengembangkan proyek properti.
Meski demikian, analis NH Korindo Securities Bima Setiaji memprediksi, kemungkinan beberapa emiten properti akan menahan ekspansi land bank terlebih dulu dan akan fokus mengembangkan land bank yang sudah ada. "Jika demand properti, terutama residensial, pulih, baru emiten akan ekspansi land bank lagi" kata Bima kepada KONTAN, Minggu (26/2).
Saat ini, dia lebih memilih saham sektor properti seperti BSDE dan CTRA. BSDE memiliki kekuatan land bank terbesar kedua di sektor ini dan masih menyimpan marketing sales dari penjualan joint venture bersama Mitsubishi senilai Rp 840 miliar.
Sementara, CTRA dipilih setelah menggandeng Bank CIMB Niaga yang menyediakan bunga cukup murah. Ini bakal mendongkrak kinerja CTRA ke depan.
Mengenai pajak progresif, Bima memprediksi pemerintah tidak akan membuat aturan yang memberatkan sektor properti. Namun dia melihat wacana aturan itu membuat investor wait and see menyikapi saham properti, sambil menunggu wacana tersebut resmi menjadi beleid.
Manfaatkan land bank
Menurut Michael Ramba, analis BCA Sekuritas, BSDE dengan land bank cukup besar siap mengantisipasi beleid pajak progresif, misalnya dengan memanfaatkan lahan tersebut. Sehingga land bank BSDE tidak masuk kategori lahan yang tidak digunakan. "Ke depan, BSDE memiliki land bank besar, yang menyediakan banyak ruang untuk memperbesar marketing sales," kata Michael dalam risetnya, belum lama ini.
Dia masih memasang BSDE sebagai pilihan pertama dengan pencapaian marketing sales cukup kuat dibandingkan para pesaingnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Franky Rivan berpendapat, BSDE memiliki land bank cukup luas yakni 4.092 ha, per akhir kuartal III-2016. KONTAN mencatat, land bank BSDE masih di bawah land bank milik PT Sentul City Tbk (BKSL) yang mencapai 14.000 ha. Adapun SMRA, CTRA dan PWON memiliki land bank masing-masing 2.038 ha, 1.593 ha dan 385 ha.
Sementara itu, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menyebutkan saat ini belanja land bank harus dilihat terkait tingkat kebutuhan emiten. Sejumlah emiten dengan land bank sempit membutuhkan lahan untuk dikembangkan, seperti PT PP Properti Tbk (PPRO). Bagi emiten dengan land bank besar, maka lebih memilih memperbesar marketing sales.
"Bagi pengembang, land bank adalah kebutuhan, jika mereka melihat tanah dengan lokasi dan harga cocok, pasti dikembangkan," kata William. Dia juga melihat, emiten akan menambah lahan secara terus menerus lantaran kebutuhan terhadap tingkat hunian masih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News