kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren bearish belum pudar dari emiten properti


Sabtu, 07 Januari 2017 / 12:00 WIB
Tren bearish belum pudar dari emiten properti


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sektor properti masih melambat hingga tutup 2016. Ini tercermin dari perolehan pendapatan pra penjualan alias marketing sales. Bahkan beberapa emiten harus merevisi target tahun lalu.

Keadaan ini berbanding lurus dengan harga saham emiten sektor properti. Salah satu emiten yang realisasi marketing sales-nya seret ialah PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Kelesuan ekonomi jadi salah satu penyebab marketing sales emiten grup Ciputra ini tak sesuai dengan target awal.

"Marketing sales sampai akhir Desember kira-kira Rp 7 triliun, atau 75% dari target," kata Tulus Santosa kepada KONTAN, Jumat (6/1).

Marketing sales ini disumbang dari pendapatan landed house sebanyak 75% dan sisanya sekitar 25% berasal dari pendapatan sektor high rise. Kinerja yang meleset dari target ini menyebabkan harga saham CTRA melorot 8,6% sepanjang tahun lalu.

Penurunan harga saham ini juga terjadi sebagai antisipasi rencana merger tiga emiten grup Ciputra pada 19 Januari mendatang. Di tahun 2017 ini, CTRA masih mencoba peruntungan dengan menargetkan marketing sales sebesar Rp 8,05 triliun, atau tumbuh 15% jika dibandingkan dengan marketing sales tahun lalu.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga harus menelan pil pahit dengan merevisi target marketing sales. Tahun lalu SMRA memangkas target marketing sales dari rencana awal Rp 4,5 triliun.

"Marketing sales 2016 sekitar Rp 3 triliun, bisa lebih sedikit," kata Adrianto Adhi, Direktur Utama SMRA kepada KONTAN, beberapa waktu yang lalu.

Nah, tahun 2017 SMRA membidik marketing sales sekitar Rp 4,5 triliun seperti target awal tahun lalu. Marketing sales ini berasal dari pembangunan beberapa township.

Senasib dengan CTRA, harga saham SMRA pun terkoreksi sepanjang tahun lalu. Harga saham emiten properti yang banyak menggarap kota mandiri itu anjlok sekitar 19,6% selama tahun 2016.

PT PP Properti Tbk (PPRO) mencetak kinerja yang lebih berkilap di sektor ini. Emiten properti pelat merah ini mencatatkan marketing sales sekitar Rp 2,3 triliun sepanjang tahun lalu, naik 21% jika dibandingkan dengan marketing sales PPRO tahun sebelumnya di angka Rp 1,9 triliun.

Saham PPRO bahkan menjadi salah satu saham dengan lonjakan tinggi. Sepanjang tahun lalu, harga saham PPRO meroket lebih dari 7 kali lipat. Nah, tahun ini, PPRO berani mematok target yang lebih tinggi lagi.

"Kami mengincar kenaikan 25%-30% untuk marketing sales, atau hampir mencapai Rp 2,9 triliun," kata Indaryanto, Direktur Keuangan PT PP Properti kepada KONTAN, Jumat (6/1).

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Franky Rivan mengatakan, marketing sales merupakan salah satu hal penting yang menyetir harga saham properti. Tahun 2016, kelesuan yang terjadi di semua lini memupuskan harapan pertumbuhan target marketing sales sektor properti.

"Rata-rata marketing sales properti tidak terlalu baik. Selain marketing sales jelek, revenue-nya juga," kata Franky, kemarin.

Nah, bagi Franky, sektor properti akan bearish lantaran masih banyak tantangan yang mengadang sektor properti pada tahun ini. Misalnya, suku bunga acuan Bank Indonesia kemungkinan naik untuk mengimbangi potensi kenaikan suku bunga acuan AS dan penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.

Kenaikan suku bunga acuan BI bisa mengerek bunga KPR. Padahal, sekitar 70% pembayaran properti ditopang oleh KPR. Kenaikan bunga KPR itu berpeluang menekan penjualan properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×