Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perbaikan ekonomi Indonesia membuat obligasi kian menarik bagi para emiten. Beberapa emiten memilih menerbitkan surat utang sebagai instrumen untuk pembayaran utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
Beberapa emiten tersebut diantaranya adalah PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Keduanya memilih menggunakan dana hasil obligasi untuk membayar utang mereka sebelumnya.
Emiten properti PT Hanson International Tbk (MYRX) pun sempat tergoda menerbitkan surat utang ini. Namun, perusahaan mengurungkan niatnya untuk menerbitkan obligasi di tahun ini lantaran ketersediaan kas mereka yang meningkat membuat MYRX lebih memilih menggunakan kas internal untuk refinancing utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
Memang, obligasi menjadi sangat populer belakangan ini bagi para emiten untuk refinancing. Managing Director Investa Saran Mandiri Jhon Veter mengatakan, kondisi ekonomi yang membaik membuat emiten semakin tertarik untuk menerbitkan obligasi. "Inflasi yang rendah membuat yield obligasi saat ini lebih rendah dibanding 3-5 tahun yang lalu," katanya
Bunga obligasi saat ini pun kian menarik dibanding beberapa tahun belakangan. Sekarang, bunga obligasi berkisar 9% hingga 10% sehingga bisa memberikan dampak positif terhadap keuangan perusahaan. Angka ini jelas lebih murah dibanding pinjaman bank yang bunganya bisa mencapai 11%.
Selain menguntungkan perusahaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari pinjaman bank, obligasi juga menguntungkan investor. Pasalnya, bunga yang bisa diperoleh investor nilainya jauh lebih besar dibanding bunga deposito di bank.
"Kalau lewat obligasi, investor langsung mendapat bayaran bunga dari si emiten dan bunganya lebih besar. Beda dengan deposito bank di mana nasabah hanya mendapat bunga sekitar 6% karena ada intermediasi dari bank," tutur Jhon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News