Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rencana PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) untuk menerbitkan obligasi global hingga US$ 2,5 miliar sepertinya tidak jadi terlaksana pada tahun ini. Sebab, belum banyak proyek yang butuh dana masif yang bakal dikerjakan perusahaan di sisa tahun ini.
"Kalau dilihat, rencana investasi kami hingga akhir tahun belum banyak," ujar Orias Petrus Moedak, Direktur Keuangan PTBA, belum lama ini.
Belum besarnya investasi yang bakal dilakukan PTBA juga tercermin dari serapan belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan. Dari total capex Rp 2 triliun, baru Rp 500 miliar atau setara 25% yang diserap selama semester I 2017.
Serapan itu baru sekadar untuk keperluan operasional pertambangan, bukan untuk pengerjaan proyek pengerjaan pembangkit listrik.
Sejatinya, PTBA sudah memenangi tender pengerjaan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Banko Tengah Sumsel 8. Proyek senilai US$ 1,6 miliar itu bakal dikerjakan bersama China Hudian Corporation.
Tadinya, sebagian besar capex akan banyak dialokasikan ke proyek PLTU berkapasitas 2x620 megawatt (MW) itu. Namun, ada perubahan teknis sehingga proyek tersebut sempat tertunda baru bisa dikerjakan mulai akhir tahun ini.
Nah, pada saat itulah sisa capex PTBA sebesar Rp 1,5 triliun bakal banyak terserap. Serapannya diperikrakan menjadi lebih cepat karena PTBA juga bakal mulai mengerjakan sejumlah proyek PLTU.
Sejumlah proyek PLTU lainnya juga akan dikerjakan seperti PLTU Mulut Tambang Peranap berkapasitas 2x300 MW, PLTU Mulut Tambang Sumsel 6 berkapasitas 2x300 MW, PLTU Halmahera Timur 2x40 MW, dan PLTU Kuala Tajung 2x350 MW.
"Tapi, tetap akan kami lihat lagi hingga akhir tahun," kata Orias. Jika setelah ini PTBA memang butuh dana yang besar, maka opsi penerbitan obligasi global bisa kembali menjadi pertimbangan.
Sebab, PTBA masih memiliki ruang yang lebar untuk leverage utangnya mengingat ketersediaan modal PTBA yang masih besar. Per semester I 2017, PTBA masih mengantongi kas dan setara kas senilai Rp 2,82 triliun.
PTBA juga masih memiliki kas berupa saham treasury yang sewaktu-waktu bisa dijual. Nilainya sekitar Rp 2,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News