kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.769.000   10.000   0,57%
  • USD/IDR 16.590   15,00   0,09%
  • IDX 6.445   209,18   3,35%
  • KOMPAS100 919   35,89   4,06%
  • LQ45 727   30,09   4,32%
  • ISSI 200   4,86   2,49%
  • IDX30 382   16,14   4,40%
  • IDXHIDIV20 464   20,15   4,54%
  • IDX80 104   4,00   3,98%
  • IDXV30 110   3,31   3,11%
  • IDXQ30 126   5,12   4,25%

Emiten Pengembang EBT Catatkan Kinerja Bervariasi, Cermati Rekomendasi BREN dan PGEO


Selasa, 25 Maret 2025 / 07:32 WIB
Emiten Pengembang EBT Catatkan Kinerja Bervariasi, Cermati Rekomendasi BREN dan PGEO
ILUSTRASI. Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) milik Star Energy Geothermal - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) di Jawa Barat.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Emiten pengembang energi baru terbarukan (EBT) mencatatkan kinerja yang bervariasi sepanjang 2024. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 13,67% secara tahunan menjadi US$ 122,20 juta. 

Sebaliknya, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) mengalami penurunan laba bersih sebesar 20,02% secara tahunan menjadi Rp 41,80 miliar, sementara laba PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) turun 51,74% menjadi US$ 6,23 juta pada 2024.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai perbedaan kinerja emiten EBT mencerminkan tantangan dalam efisiensi dan skala operasional. 

Baca Juga: Transisi Energi Belum Optimal, Begini Rekomendasi Saham Emiten Pengembang EBT

Meskipun demikian, ia memperkirakan prospek sektor ini tetap positif pada 2025, seiring dengan percepatan investasi dalam transisi energi hijau di Indonesia.

Menurut Ekky, emiten yang lebih dahulu mengembangkan proyek EBT, seperti BREN dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), berpotensi menjadi penerima manfaat utama dari peningkatan minat pemerintah dan swasta terhadap energi hijau. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa pengembangan proyek pembangkit listrik berbasis EBT memerlukan investasi besar. 

 

Tingginya biaya disebabkan oleh kompleksitas teknologi serta lamanya proses eksplorasi hingga konstruksi pembangkit.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi emiten EBT dengan keterbatasan modal. 

Baca Juga: Emiten Saham EBT Menggeber Ekspansi

Selain itu, ketidakpastian regulasi turut membebani sektor ini, mengingat Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan hingga kini belum disahkan.

Dengan mempertimbangkan sentimen pasar, Ekky merekomendasikan beli saham PGEO dengan target harga Rp 900 hingga Rp 1.100 per saham. Sementara itu, Nafan menyarankan akumulasi beli saham BREN dengan target harga Rp 6.350 per saham.

Selanjutnya: Impor Tembaga AS Melonjak di Tengah Ancaman Tarif, Dunia Terancam Kekurangan Pasokan

Menarik Dibaca: Promo Richeese Factory Combo Mudik Fire Chicken Rp 45.000-an, Catat Lokasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×