Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang fokus bergerak di bisnis listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT) telah merilis kinerja periode sembilan bulan 2024. Mayoritas masih mampu menumbuhkan laba meski pendapatan mengalami tekanan.
Tengok saja kinerja emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) paling jumbo di sektor ini, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Pendapatan BREN turun tipis 0,89% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY) menjadi US$ 441,29 juta hingga September 2024.
Meski pendapatan melandai, tapi BREN mampu meraih laba bersih senilai US$ 86,05 juta atau tumbuh 1,87% YoY. Direktur Utama Barito Renewables Energy Hendra Soetjipto Tan menjelaskan kinerja BREN terganjal gangguan pada segmen panas bumi (geotermal), sehingga memengaruhi total output pembangkitan.
Hendra mengatakan, BREN pun telah menyelesaikan gangguan tersebut pada September 2024. "Pendekatan proaktif ini meminimalkan waktu henti, dan membuka peluang untuk peningkatan kinerja geotermal ke depannya," kata Hendra dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/10).
Sedangkan segmen pembangkit angin BREN mempertahankan kinerja yang stabil dengan menghasilkan 180,2 Megawatt hours (MWh) selama sembilan bulan 2024. "Berkontribusi pada stabilitas hasil keseluruhan perusahaan," imbuh Hendra.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Jaga Stabilitas Kinerja, Intip Target Untuk Tahun 2025
Sementara itu, kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) nyaris stagnan. Pendapatan PGEO turun tipis 0,70% YoY menjadi US$ 306,02 juta. Pada saat yang sama, laba bersih PGEO naik tipis 0,36% YoY jadi US$ 133,99 juta.
Senada, pendapatan PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) hingga kuartal III-2024 merosot 10,58% YoY menjadi US$ 30,93 juta. Namun, KEEN masih bisa mendongkrak laba bersih dengan kenaikan tipis 0,94% YoY menjadi US$ 12,82 juta.
Berbeda dari BREN, PGEO dan KEEN, pendapatan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) mampu menanjak sebanyak 16,08% YoY menjadi Rp 153,51 miliar. Sebaliknya, laba bersih ARKO justru menurun 10,80% YoY menjadi Rp 40,55 miliar hingga September 2024.
Bagai jalan beriringan, laju saham BREN, PGEO dan KEEN kompak mengakumulasi penurunan masing-masing turun 10,37%, 7,69% dan 16,13% jika dihitung sejak awal tahun alias secara year to date hingga perdagangan Jumat (1/11). Berbeda nasib dengan ARKO yang mengakumulasi kenaikan sebanyak 48,94%.
Baca Juga: Kolaborasi Emiten Grup Pertamina Akselerasi Misi Swasembada dan Transisi Energi
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyoroti emiten yang menumbuhkan laba bersih saat pendapatan tertekan umumnya menunjukkan kemampuan adaptasi perusahaan dalam menjaga efisiensi. "Hal ini bisa disebabkan oleh penurunan biaya operasional atau peningkatan pengelolaan aset sehingga laba tetap positif," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).
Di sisi yang lain, pola penurunan laba bersih saat pendapatan naik mengindikasikan peningkatan biaya operasional ataupun investasi signifikan, yang mungkin diperlukan untuk mendukung agenda ekspansi. Hendra menaksir kinerja emiten EBT masih menantang di sisa tahun ini, meski peluang untuk tumbuh masih terbuka.
Apalagi jika ada proyek baru yang mulai memberikan kontribusi positif. "Banyak perusahaan EBT yang saat ini sedang menjalani ekspansi kapasitas, baik melalui pembangunan pembangkit baru atau akuisisi aset," imbuh Hendra.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer masih optimistis prospek jangka panjang emiten EBT akan menarik. Katalis tambahan bisa datang dari program pemerintahan baru yang ingin mencapai swasembada energi, termasuk melalui pemanfaatan sumber EBT.
"Kebijakan yang pro ke sektor ini akan menjadi katalis yang positif untuk meningkatkan permintaan terhadap EBT. Hal ini berpotensi membawa dampak positif bagi kinerja emiten ke depannya," ujar Miftahul.
Baca Juga: Menilik Proyeksi Investor Soal Iklim Investasi di Era Kepemimpinan Prabowo
Meski punya potensi yang menarik, Miftahul mengingatkan agar pelaku pasar tetap mencermati faktor valuasi yang sudah cenderung overvalue pada sebagian saham emiten EBT. Sebagai pilihan investasi, Miftahul menyarankan wait and see saham PGEO dan trading buy KEEN untuk target harga Rp 670 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyematkan rekomendasi buy untuk ARKO, mencermati support Rp 925 dan resistance di Rp 1.250. Selain itu, William melirik saham emiten induk ARKO, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) yang gencar ekspansi di bisnis EBT.
William juga menilai PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang akan melepas lini bisnis batubara termal dan berkomitmen mengembangkan pilar Adaro Green, sebagai saham yang menarik dicermati. Hendra turut melirik ADRO, bersamaan dengan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang juga memiliki aset listrik EBT.
Rekomendasi Hendra, saham ADRO menarik koleksi untuk target harga Rp 4.250 dan target MEDC ada di level Rp 1.460. Selain itu, Hendra menyarankan buy on weakness saham PGEO di level Rp 1.050 untuk target harga di posisi Rp 1.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News