Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten pelat merah mengungkapkan rencana melantai di bursa atau Initial Public Offering (IPO).
Misalnya saja PT Adhi Karya Tbk (ADHI, anggota indeks Kompas100 ini) yang berencana melepas dua anak usahanya PT Adhi Persada Gedung dan PT Adhi Commuter Properti yang rencananya akan IPO di semester II 2019.
Anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain di sektor rumah sakit juga berencana melakukan aksi korporasi ini. Seperti Rumah Sakit Pelni yang sudah mendapat lampu hijau IPO dari Kementerian BUMN.
Corporate secretary PT Pelayaran Indonesia (Pelni) Yahya Kuncoro menyatakan, hingga saat ini IPO RS Pelni masih wait and see.
"Izinnya masih di pemegang saham," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).
Yahya bilang RS Pelni masih melihat kondisi market yang ada, karena saat ini kondisinya sudah agak berubah sejak semester dua kemarin.
Adapun anak usaha PT Jasa Marga Tbk (JSMR, anggota indeks Kompas100 ini) yakni PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) yang wacananya juga akan melantai di bursa.
Corporate Secretary SMR Agus Setiawan menjelaskan IPO JTT tergantung dari kesiapan proyek dari sudut pandang keuangan dan kondisi pasar. "Jadi IPO belum dipastikan waktunya," jelasnya.
Kendati demikian, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, rencana pemerintah untuk mendorong perusahaan BUMN untuk melantai di bursa merupakan suatu langkah yang positif.
"Upaya ini mampu membawa perusahaan mejadi lebih transparan dan memiliki tata kelola yang baik," jelasnya.
Namun menurut Wawan, status BUMN bukan menjadi jaminan mutlak bagi investor dalam memburu suatu saham. Investor harus tetap mencermati kinerja serta tujuan penggunaan dana.
Wawan bilang dari beberapa saham emiten anak usaha BUMN yang akan IPO tersebut pada umumnya bergerak pada bidang properti serta infrastruktur yang memiliki prospek baik pada tahun ini.
Walaupun terjadi pelemahan yang cukup dalam pada mayoritas emiten BUMN yang tercermin dalam Indeks BUMN20 sebabkan karena pelemahan pada bursa saham secara keseluruhan.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menjelaskan, label BUMN belum tentu membuatnya lebih menarik dan berpotensi diincar investor.
"Justru riwayat pergerakan IPO saham-saham BUMN kalah bagus dibanding swasta," ujarnya.
William bilang semua tergantung pada kinerja dan jumlah saham yang dilepas. Kalau dari image BUMN saat ini kurang bagus karena harga sahamnya berjatuhan.
Di antara beberapa sektor anak usaha BUMN yang akan melantai, William menyatakan sektor konstruksi lebih menarik dicermati karena gencarnya pembangunan infrastruktur.
Senada dengan yang dijelaskan Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menjelaskan menarik atau tidaknya tergantung dengan bisnis dan kinerja fundamentalnya.
"Selain itu juga dengan jumlah saham yang dijual dan valuasinya," ujarnya.
Wafi bilang sektor yang menarik untuk dicermati jika IPO adalah perbankan karena melihat dari kinerja induknya yang baik serta peluang penetrasi bank di Indonesia masih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News