kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten pakan ternak menadah berkah Ramadan


Senin, 17 April 2017 / 09:58 WIB
Emiten pakan ternak menadah berkah Ramadan


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pasokan berlebih serta daya beli masyarakat yang rendah menjadi penekan harga jual produk emiten perunggasan (poultry) awal tahun ini. Tapi, harganya berpotensi kembali membaik mulai kuartal dua seiring datangnya bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menyatakan, kelebihan pasokan menjadi penyebab harga produk poultry melemah selama Februari 2017 lalu. "Harga jual live bird (di tingkat peternak) jatuh di bawah rata-rata biaya produksi," ungkap Mimi dalam riset yang terbit 30 Maret 2017 lalu.

Mimi mencatat, harga ayam hidup di tingkat peternak berkisar Rp 11.000-Rp 13.000 per kilogram (kg), jauh lebih rendah dari ongkos produksi yang mencapai Rp 17.000 per kg. Namun, dia bilang, dari diskusi dengan para pelaku industri, rendahnya harga jual unggas lebih disebabkan oleh penurunan permintaan karena ekonomi yang lambat selama kuartal I 2017. Jadi, bukan karena pasokan dari peternak yang kurang.

Ini sejalan dengan hasil survei penjualan eceran oleh Bank Indonesia (BI) yang menunjukan perlambatan daya beli di Januari. Perlambatan daya beli itu tercermin dari turunnya harga produk poultry seperti live bird.

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja juga menilai, penurunan harga unggas disebabkan kelebihan pasokan. Oleh sebab itu, pemerintah mewajibkan ketersediaan fasilitas pendingin (cold storage) bagi peternak besar.

Tak hanya masalah oversupply, sektor perunggasan juga dihantui adanya wabah flu burung yang bermula dari Amerika Serikat (AS) kemudian menyebar ke negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Ini pula yang menyebabkan ada larangan impor unggas dari negeri uak Sam.

Menurut Analis BCA Sekuritas Johanes Prasetia, wabah flu burung juga sudah masuk ke Indonesia. Di Jawa Barat ditemukan unggas yang positif flu burung. Namun, dampaknya masih terbatas.

Itu sebabnya, Johanes mengatakan, wabah flu burung di Indonesia tidak perlu dikhawatirkan. Pemerintah juga tidak perlu melakukan pemusnahan unggas yang bisa berdampak pada pengurangan pasokan. Langkah itu meskipun positif untuk harga unggas, negatif untuk permintaan, ungkap Johanes.

Jelang puasa

Menjelang bulan puasa dan lebaran, emiten poultry bakal mendapatkan sentimen positif lantaran permintaan daging ayam akan meningkat. Dari sisi permintaan, kami percaya daya beli bisa meningkat mulai kuartal kedua, terutama ketika mendekati bulan puasa, ujar Mimi.

Dengan adanya kenaikan permintaan ayam menjelang Hari Raya Idul Fitri, tentu akan ada perbaikan harga ayam hidup di kuartal II 2017. Selain itu, diharapkan ada peningkatan indeks kepercayaan konsumen. Kinerja rupiah yang stabil juga bisa mendukung sektor poultry.

Selain itu, Mimi juga berharap pemerintah lebih cepat tanggap dalam menangani oversupply. Apalagi, saat ini ada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/PK.230/12/2016 dan Peraturan Menteri Perdagangan No.63/M-DAG/PER/9/2016. Aturan ini bisa digunakan untuk mengontrol pasokan jika terjadi ketidakseimbangaan di pasar serta mengatasi rendahnya harga.

Menurut Joni, Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri akan mendongkrak kinerja emiten poultry. Ini merupakan siklus tahunan. "Pendapatan akan cenderung lebih tinggi pada lebaran," ungkap Joni.

Tapi, kelebihan pasokan dan rendahnya permintaan, Joni bilang, masih akan menjadi tantangan sektor poultry ke depan. Ia berharap, pemerintah bisa menstabilkan harga unggas ketika terjadi gejolak harga yang diakibatkan oversupply, dengan memanfaatkan aturan main yang ada. Ke depan akan stabil karena faktor koordinasi dari pemerintah, imbuhnya.

Selain itu, ada tantangan industri dari sisi bahan baku. Pemerintah mewajibkan industri pakan ternak membeli jagung lokal. Padahal harga jagung lokal lebih mahal ketimbang jagung impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×