Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten konstituen Indeks LQ45 mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih rendah tahun ini. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) misalnya, tahun ini emiten perdagangan besar (wholesale trade) ini hanya mengalokasikan capex sebesar US$ 30 juta.
Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan alokasi capex tahun lalu yang mencapai US$ 70 miliar. Namun, Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan penurunan capex ini karena salah satu proyek AKRA telah rampung tahun lalu. “Tahun lalu, untuk ekspansi Jakarta tank terminal berkapasitas 100 kiloliter. Proyek ini sudah selesai,” terang Suresh kepada Kontan.co.id.
AKRA akan menggunakan belanja modal tahun ini pengembangan infrastruktur logistik, BBM retail, dan kawasan industri.
Baca Juga: Alokasi capex Semen Baturaja (SMBR) turun 81%, ini penyebabnya
Selain AKRA, ada pula emiten LQ45 yang menurunkan capexnya tahun ini. Sebut saja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang tahun ini mengalokasikan capex US$300 juta -US$500 juta dari sebelumnya US$ 600 juta. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mengalokasikan capex Rp 2 triliun atau lebih rendah disbanding capex tahun lalu yang mencapai Rp 3 triliun. Entitas grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga menurunkan capexnya menjadi US$ 450 juta dari yang sebelumnya sekitar US$ 800 juta.
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, alokasi capex emiten big caps yang tahun ini dipasang lebih rendah bisa saja akibat emite-emiten tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 belum sesuai ekspektasi. “Sehingga, strategi yang diharapkan adalah defensif saja,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2).
Baca Juga: Elnusa (ELSA) menyiapkan capex Rp 1,4 triliun dari kas internal dan obligasi
Kondisi global masih dipenuhi oleh sentimen penyebaran virus corona (Covid19). Merebaknya virus ini bahkan diramalkan mampu menggerus laju pertumbuhan ekonomi China yang berstatus sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia.
Setali tiga uang, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, kondisi ekonomi sepanjang kuartal I-2020 memang cukup fluktuatif. Namun, Dessy menyebut masih ada beberapa sektor yang dinilai kebal terhadap isu global, yakni sektor perbankan.
Ditambah hari ini Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75%. “Ada cut rate sebesar 25 basis points menjadi 4,75% diharapkan mampu menambah gairah di sektor perbankan,” ujar Dessy kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2).
Senada, Aria menilai pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral dapat menjadi momentum bagi emiten perbankan untuk menggenjot kinerja. Suku bunga yang rendah dapat menjadi stimulus untuk melebarkan ekspansi di lini penyaluran kredit dan meringankan bagi konsumen. Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan juga menjadi kabar gembira bagi emiten properti.
Baca Juga: Ini rencana emiten semen di tengah kondisi oversupply
Dessy juga menjagokan emiten sektor barang konsumsi (consumer goods) sebagai sektor yang bisa diandalkan tahun ini. Bahkan, dari sisi pasar saham, Dessy menilai saham emiten consumer goods diekspektasikan mampu menjadi penyumbang pertumbuhan utama bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hari ini, IHSG ditutup menguat 0,23% ke level 5.942,487. Namun secara year-to-date, IHSG telah tergerus 5,67%.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyebut, mewabahnya virus corona menjadi salah satu biang kerok dari kemerosotan IHSG. Namun, investor bisa mengambil hikmah dari pelemahan indeks ini yakni dengan membeli saham dengan valuasi yang cukup murah dan menarik. “Sehingga ini menarik untuk melakukan akumulasi beli,” kata dia.
Namun, seiring dengan ditemukannya obat atau penyembuh virus tersebut maka perlahan indeks pasar saham domestik akan kembali pulih.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Menggarap Pembangkit Hijau
Aria merekomendasikan beli saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) di harga Rp 1.120 per saham dan saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) di harga Rp 560 per saham.
Sementara itu, Dessy bilang investor sudah bisa mulai mencermati saham-saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar seperti saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News